Kompas TV nasional sosial

Di Balik Daftar Forbes Orang Terkaya Indonesia: Konglomerat Tambah Tajir, Orang Miskin Makin Rudin

Kompas.tv - 7 April 2021, 19:14 WIB
di-balik-daftar-forbes-orang-terkaya-indonesia-konglomerat-tambah-tajir-orang-miskin-makin-rudin
Warga miskin Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19 di DKI Jakarta. Kesenjangan ekonomi bertambah sepanjang 2020. (Sumber: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Eddward S Kennedy

Di sisi lain, Badan Pusat Statisik (BPS) mencatat, penduduk miskin Indonesia bertambah 2,76 juta orang pada September 2020.

Penduduk miskin Indonesia mencapai 27,55 juta orang. Dengan itu, persentase penduduk miskin mencapai 10,19 persen, naik dari angka 9,22 persen pada September 2019.

Pertambahan jumlah warga miskin ini terjadi setelah Indonesia sempat mengalami tren penurunan kemiskinan pada periode 2018-2019.

Warga miskin bertambah baik langsung tak langsung karena pandemi ikut berdampak pada pekerjaan sehari-hari. Total ada 29,12 juta penduduk usia kerja yang terpengaruh pandemi dan resesi pada 2020.

Sebanyak 2,56 juta orang menjadi pengangguran. Sedangkan, 1,77 juta orang tidak bekerja sementara dan 24,03 juta penduduk mengalami pengurangan jam kerja.

"Jadi mereka akan terpengaruh dari sisi pendapatannya. Demikian juga untuk pekerja setengah menganggur, yang waktu bekerjanya kurang dari jam kerja normal (35 jam). Ada peningkatan, sehingga ada indikasi pendapatan masyarakat akan menurun," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin (15/2/2021), dikutip dari Kompas.com.

Akibatnya, kesenjangan ekonomi antara warga kaya dan miskin pun bertambah.

Tingkat ketimpangan atau gini rasio Indonesia melebar menjadi 0,385. Angka ini naik dari posisi 0,380 pada September 2019. Menurut Suhariyanto, hal ini terkait peningkatan kemiskinan di kota dan desa.

Meski begitu, Suhariyanto menilai, pandemi Covid-19 paling berdampak pada warga perkotaan.

"Di sana bisa terlihat penduduk miskin perkotaan karena pandemi naik 1,32 persen sementara pedesaan alami kenaikan, tapi hanya separuhnya yakni 0,60 persen," kata Suhariyanto.

Akan tetapi, pihaknya tak memungkiri bahwa komposisi penduduk miskin di desa tetap lebih tinggi dari penduduk kota.

Tak cuma kesenjangan antara warga miskin dan kaya yang bertambah. BPS juga mencatat. Warga miskin pun bertambah rudin sepanjang 2020.

BPS memiliki indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. 

Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin dari garis kemiskinan. Sementara, indeks keparahan kemiskinan menampilkan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin.

Dua indeks itu menunjukkan warga miskin makin kehilangan pengeluarannya pada 2020.

Indeks keparahan kemiskinan bertambah 0,11 dari September 2019 menjadi 0,47.

Sedangkan, indeks kedalaman kemiskinan naik 0,25 dari September 2019 menjadi 1,75.

Suhariyanto mengatakan, jumlah penduduk miskin ini lebih rendah dari perkiraan oleh berbagai institusi. Bantuan sosial (bansos) pemerintah berhasil menekan sebagian dampak pandemi Covid-19.

“Berbagai porgram bansos yang dirancang pemerintah di masa pandemi membantu lapisan bawah,” beber Suhariyanto. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febiro Kacaribu mengklaim, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) berhasil membantu lebih dari 5 juta penduduk miskin baru.

Baca Juga: Samin Tan, Koruptor yang Pernah Masuk Daftar Orang Terkaya di Indonesia Menurut Forbes

Namun, baru-baru ini Menteri Sosial Risma Trihartiningsih malah menghentikan bansos berupa uang tunai atau BLT. Risma mengaku, kementeriannya kehabisan anggaran. Risma juga menyebut, Kemensos akan lebih fokus menyalurkan bansos sembako atau bantuan pangan non-tunai (BNPT). 

“Kalau misalkan di daerah masih ada warga yang perlu ditolong, mereka masih bisa mengajukan ke kami. Nanti kami bantu dalam bentuk BPNT,” beber Risma, Rabu (31/3/2021).

Masalahnya, pengamat memperingatkan, bansos sembako rentang penyelewengan.

“Kembali lagi ke cara tradisional dengan pembagian kantong sembako yang sangat rentan terhadap penyelewengan,” ujar Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia (UI) Rissalwan Habdy Lubis.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x