Sebelum vaksin Covid-19 muncul pada Agustus 2020 silam, tim gabungan dari Universitas Airlangga (Unair), Badan Intelijen Negara, TNI AD, dan BPOM menyebut telah menyelesaikan uji klinis fase 3 kombinasi obat Covid-19 untuk pasien yang dirawat tanpa ventilator.
Dilansir dari KOMPAS.com, mereka mengklaim obat ini memiliki efektivitas hingga 98 persen.
Unair mengeluarkan tiga kombinasi obat yang bisa digunakan. Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydroxychloroquine dan Azithromycin.
Rektor Unair, M. Nasih, mengatakan kombinasi ini menggunakan rujukan dari berbagai jenis obat tunggal yang dipakai di banyak negara termasuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," dalam konferensi pers di Mabes TNI AD, Jakarta, Sabtu (15/08/2020).
Namun dua bulan setelahnya, tepatnya bulan Oktober 2020, Unair meninggalkan riset kombinasi obat dan memilih fokus pengembangan vaksin Covid-19.
Nasih mengakui kombinasi obat merupakan solusi jangka pendek yang sudah tidak relevan untuk penangulangan pandemi Covid-19.
Baca Juga: Setahun Covid-19, Wali Kota Solo Gibran Sebut Kasus Harian Menurun karena PPKM
4. Jamu Satgas Covid DPR
Satgas Covid yang dibentuk DPR juga tak ketinggalan mengeluarkan inovasi untuk melawan virus yang disebut berasal dari Wuhan, China.
Adalah Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco yang memberikan secara gratis, jamu bernama Herbavid19 ke berbagai rumah sakit.
Dasco yang sebelumnya pernah terpapar Covid-19 merasakan khasiat setelah meminum Herbavid19 ini. Atas hal itulah ia membagikan secara gratis obat herbal tersebut.
Jamu ini pun menjadi polemik karena menurut Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania ketika itu ada beberapa dokter yang menolak permintaan DPR untuk memberikan Herbavid19 kepada pasien Covid-19.
Baca Juga: Setahun Corona, Simak Cerita Pasien 02 Maria Darmaningsih Support 2 Anaknya
5. Kalung Anti Corona
Kalung anti virus corona yang diproduksi Kementan ini disebut mampu mencegah penyakit Covid-19 ini karena mempunyai kandungan eucalyptus.
Eucalyptus juga mempunyai kandungan utama 1,8-cineol yang merupakan senyawa yang dapat menjadi antivirus dan antimikroba.
Selain kalung, ada rool on, in haler, salep, balsem dan defuser yang diproduksi dengan kandungan eucalyptus.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MS meragukan klaim tersebut karena kurangnya uji klinis.
"Kalung itu belum diujikan pada manusia, jadi tidak ada bukti virus apapun bisa mati kalau dipakaikan kalung itu. Mungkin virus yang menempel di kalung akan mati, tapi virus yang jaraknya 1-2 meter dari badan kita, bagaimana?," papar dr Inggrid.
Baca Juga: Suka Duka Perjalanan RSA UGM Bertepatan dengan Setahun Pandemi Covid-19 di Indonesia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.