JAKARTA, KOMPAS.TV- Selama tahun 2020 atau saat pandemi Covid-19 berlangsung, Badan Pusat Statistik (BPS) meriset biaya pengeluaran masyarakat dalam bidang kesehatan. Riset tersebut tertuang dalam publikasi tahunan "Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2020", yang dikeluarkan pada 31 Desember 2020 lalu.
"Publikasi tahunan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi seputar bidang kesehatan, terutama kesehatan ibu dan anak," demikian Kepala BPS Suharyanto dalam pengantar publikasi ini.
Selama tahun 2020, masyarakat Indonesia mengeluarkan biaya untuk pencegahan/preventif dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan tertinggi.
Baca Juga: Survei BPS: 17 Persen Masyarakat Merasa Tak Akan Terpapar Corona
Dalam survei tahunan tersebut disebutkan, "kegiatan yang termasuk upaya pemeliharaan kesehatan lainnya antara lain fitness, bekam, detox, yoga, futsal, senam kebugaran, pembelian vitamin, pembelian jamu untuk menjaga kesehatan, dan lain sebagainya".
Berbagai kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik maupun konsumsi vitamin dan jamu ini dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga memperkecil peluang terpapar penyakit.
Biaya pemeliharaaan kesehatan seperti fitness, bekam, detox, yoga, futsal, senam
kebugaran, vitamin, jamu untuk menjaga kesehatan menempati posisi 38,17 persen dari total biaya pemeliharaan kesehatan. Jika dirupiahkan, pengeluaran rata-rata sebanyak Rp1,89 juta rupiah per bulan.
Baca Juga: Survei BPS: Masyarakat Kota Kurang Suka Alat KB Dibandingkan Pedesaan
Sementara untuk imunisasi menempati urutan kedua yaitu 23,48 persen atau setara dengan kurang lebih Rp1,163 juta per bulan.
Kemudian biaya terbesar lain adalah untuk Keluarga Berencana (Alat/Cara Kontrasepsi dan konsultasi) sebesar 20, 20 persen atau rata-rata pengeluaran sebesar Rp 1 juta
Selanjutnya biaya periksa kehamilan sebanyak 11,48 persen dengan pengeluaran rata-rata sebesar Rp 568 ribu.
Dan terakhir adalah biaya untuk test kesehatan dini/medical check up, yang berada pada posisi 6,68 persen dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 331 ribu.
Namun, nominal pengeluaran per kapita sebulan untuk pelayanan pengobatan/kuratif yang dikeluarkan penduduk hampir lima kali lipat dibandingkan dengan nominal yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan pencegahan/preventif.
"Hal ini secara tidak langsung menggambarkan perilaku masyarakat Indonesia yang lebih suka melakukan upaya kesehatan setelah terpapar penyakit dibandingkan melakukan upaya pencegahan," papar publikasi tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.