JAKARTA, KOMPAS.TV – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) gempa yang terjadi di Sulawesi Barat diakibatkan aktivitas sesar atau patahan lokal di daerah Sulbar.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan hasil analisis BMKG, aktivitas patahan lokal tersebut merupakan mekanisme pergerakan naik.
“Gempa ini kita kategorikan gempa dangkal, karena magnitudo sangat besar jadi sangat dirasakan di permukaan,” ujar Dwikorita saat jumpa pers secara virtual, Jumat (15/1/2021).
Baca Juga: BMKG: Masih Ada Potensi Gempa Susulan, Segera Jauhi Pantai jika Terasa Guncangan
Dwikorita menambahkan guncangan gempa dangkal tersebut dirasakan di daerah Majene, Kota Mamuju dengan intensitas guncagan 4 hingga 6 MMI atau guncangan sangat dirasakan orang banyak dan dapat membuat bagian bangunan roboh.
Guncangan gempa juga diasakan di Palu, Mamuju Tengah, Mamuju Utara dan Mamasa dengan intensitas 3 hingga 4 MMI, atau getaran gempa dirasakan hampir semua penduduk, terasa seperti adanya truk yang berlalu.
“Gempa ini tidak berpotensi tsunami,” ujarnya.
Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan dalam catatan BMKG sejak Kamis kemarin sudah terjadi 28 kali gempa di daerah Sulbar.
Baca Juga: Gempa Mamuju-Majene, Saluran Komunikasi Masih Terputus
Dua di antaran memiliki magnitudo besar yakni pada Kamis siang magnitudo 5,9 dan Jumat dini hari magnitudo 6,2.
Gempa yang terjadi pada Kamis (14/1/2021) dirasakan di Majene dengan skala intensitas 5 hingga 6 MMI
Di Kota Mamuju dengan intensitas 4 hingga 5 MMI. Mamuju Utara dan Tengah skala 3 hingga 4 MMI.
Selain itu gempa juga dirasakan di Toraja dan Mamasa dengan intensitas 3 MMI, daerah Pinrang, Poso, Pare-Pare dan Wajo dengan intensitas 2-3 MMI.
Baca Juga: Gempa Sulbar, Bangunan di Kota Mamuju Rusak Listrik Masih Padam
“Guncangan paling lemah itu terasa seperti truk lewat,” ujar Dwikorita.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.