JAKARTA, KOMPAS TV - Satu keluarga staf Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ikut menjadi korban pesawat nahas Sriwijaya Air jatuh dari flight SJY 182 yang diduga jatuh di lepas pantai Jakarta. Dia adalah Rizki Wahyudi, seorang Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat.
Rizki Wahyudi berada di pesawat Sriwijaya Air itu bersama ibu kandungnya, Rosi Wahyuni, Anaknya Arkana Wahyudi, dan istrinya, Indah Halimah Putri, serta seorang keponakan yaitu Nabila Anjani.
Menurut berbagai sumber, Rizki Wahyudi bersama istri dan anak berangkat dari lokasi kerja di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat untuk bertemu keluarga istri di Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Dari sana, mereka terbang ke Pangkal Pinang di Bangka untuk menjemput Ibu Rizki dan seorang keponakan, lalu kembali ke Pontianak dengan penerbangan lewat Jakarta.
Rencananya, Rizki memboyong keluarga untuk menetap di tempat tugasnya, karena Rizki menjalankan tugas mulia sebagai Penjaga Ekosistem Hutan di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Berikut Daftar KRI yang Dikerahkan Untuk Cari Sriwijaya Air Hari Ini
Seperti dilaporkan Bangka Pos, Rapin (40) paman Rizki, adik bungsu Rosi yang kerap dipanggil acu itu masih tak menyangka kakak dan keponakannya menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air.
Kata Rapin, Rizki merupakan sosok pemuda yang kuat sebab menjadi tulang punggung keluarganya.
"Rizki sejak bayi sudah ditinggalkan ayahnya, jadi dialah yang jadi tulang punggung keluarga. Mau ke Ketapang ini biar bisa tinggal sama-sama dengan ibunya, istrinya, anaknya, biar kerja di sana ada yang nemenin katanya," ucap Rapin.
Sedangkan sang kakak kandungnya Rosi, sempat menyebutkan tidak akan pernah pulang lagi ke Bangka ingin tinggal selamanya di Kalimantan bersama Rizki.
"Sekarang kata-kata itu baru tekenang, ibu Rosi pernah bilang tidak akan pulang lagi ke Bangka akan tinggal di sana selamanya, kalaupun dia meninggal ia tak ingin dibawa pulang ke Bangka, minta dikuburkan di Kalimantan saja. Baru sekarang kepikir dengan kata-kata itu," sebutnya.
Baca Juga: Benturan Keras Sriwijaya Air Diduga Membuat ELT Rusak
Isromaini (52) tetangga Ibunda Rizki tak menyangka kepergian Rossi (51) ke Jakarta pada Jumat (08/01/2021) lalu ternyata meninggalkan duka yang mendalam, "Ya Allah, baru kemarin Rossi pamit, tetangga sekaligus teman saya. Maaf Nan, ku mau pamit, besok mau pergi, mendadak ke Jakarta. Tidak jadi hari Sabtu berangkatnya. Nitip emak ku ok," ungkap Isromaini sambil menangis saat ditemui di rumahnya oleh Bangka Pos, Sabtu malam.
Menurutnya, Rossi merupakan sosok ibu yang tegar dan kuat meski hidup menjanda. Pada kesempatan itu, Rossi sempat memberikan topi anak-anak sebagai kenang-kenangan sambil memeluk Isromaini.
Dia menyebutkan, Rossi tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Rossi diketahui berangkat ke Jakarta untuk meneruskan perjalanan ke Pontianak.
Baca Juga: Sinyal ELT Milik Sriwijaya Air Diduga Tak Memancar, Ini Penjelasan Pengamat Soal Fungsi Sinyal ELT
Kepala Desa Sungai Pinang 2, Herman Sawiran saat dihubungi via telepon oleh Tribun Sumsel, Sabtu (09/01/2021), mengatakan, "Dia (Indah) pergi sekeluarga berlima. Kalau yang tercatat warga Sungai Pinang 2 ya cuma Indah. Yang empat orang lainnya bukan," Indah adalah istri Rizki.
Menurut Herman berdasarkan keterangan kerabat, saat penerbangan Rizki dan Indah membawa sang anak berusia 3 bulan bernama Arkana Nadhif, "Kasihan sekeluarga itu. Anaknya masih bayi umur 3 bulan," kata Herman.
Indah dan Rizki diketahui menikah pada 18 Agustus 2018 lalu, dan belum lama bertugas sebagai Pengendali Ekosistem Hutan di Taman Nasional Gunung Palung.
Baca Juga: Dirut Sriwijaya Air Angkat Bicara Terkait Kondisi Pesawat Sebelum Terbang
Dari hasil pernikahan tersebut, Indah mengandung dan sempat kembali ke kampung halamannya, "Indah sempat 7 bulan tinggal di Sungai Pinang karena mengandung. Pas dekat-dekat mau lahiran, waktu itu suaminya datang ke Sungai Pinang," terang Herman.
Menurut Herman, setelah melahirkan, Indah dan suaminya kembali ke Pontianak. Barulah pada libur tahun baru lalu, pasangan suami-istri dan anak semata wayang mereka itu kembali ke Sungai Pinang di Ogan Ilir.
Saat pulang, sebelum terbang kembali menuju Pontianak, Indah beserta suami dan anak semata wayangnya terbang ke Bangka untuk menjemput Rosi Wahyuni, ibu dari Rizki Wahyudi.
Menurut berbagai laporan, Rizki selalu membawa sang ibunda kemanapun dia pergi dan bekerja.
Baca Juga: Istri dan 3 Anaknya Penumpang Sriwijaya Air SJ 182 yang Jatuh, Yaman Zai Menangis Histeris
Rizki sendiri tumbuh dan dibesarkan orangtuanya di Pangkal Pinang, Bangka.
Seperti dikutip dari Bangka Pos Sabtu (09/01/2021), kabar Rizky Wahyudi menjadi satu dari sejumlah penumpang Sriwijaya Air yang hilang kontak dikabarkan oleh Sekretaris Daerah Pangkalpinang Radmida Dawam.
Radmida mengatakan,"Ada tiga orang warga Kota Pangkalpinang di dalam manifest penerbangan itu, namanya Rizky Wahyudi, rumahnya di sebelah Jembatan Pelipur, belakang masjid Jamik, tadi sudah kesana tapi rumahnya tutup," kata Radmida kepada Bangka Pos.com melalui pesan whatsapp, Sabtu (09/01/2021).
Radmida menyebutkan, Sabtu lalu ketiga penumpang pesawat tersebut baru saja main ke rumahnya.
Baca Juga: Ratih Windania dan Sejumlah Anggota Keluarganya Jadi Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ-182
"Dia itu kerja di Kalimantan bagian kehutanan di Ketapang, dari Jakarta ke Pontianak, rencana terus ke Ketapang, Sabtu kemarin baru ke rumah saya untuk silahturahmi," sebutnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Hendroyono melalui pesan singkat kepada media mengatakan, "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Keluarga besar KLHK berdukacita karena salah satu penumpangnya adalah Rizki Wahyudi, pegawai Taman Nasional Gunung Palung, bersama istrinya, dan anaknya yang masih bayi 3 bulan, ibu kandung, dan keponakannya, kita doakan semoga husnul khatimah. Amin YRA."
Di Taman Nasional Gunung Palung, Ketapang, Kalimantan Barat, Rizki bertugas sebagai Pengendali Ekosistem Hutan. Itu adalah posisi terpilih bagi seorang pelaku konservasi karena bekerja langsung di lapangan untuk menjaga, merawat dan mengendalikan ekosistem hutan.
Dari literatur Direktorat Jenderal KSDAE, Pengendalian Ekosistem Hutan adalah segala upaya yang mencakup metode, prosedur, strategi dan teknik dalam kegiatan perencanaan hutan, pemantapan kawasan hutan, pemanfaatan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta konservasi sumberdaya hutan secara efektif dan efisien menuju pengelolaan hutan berkelanjutan.
Tugas pokok Pengendali Ekosistem Hutan sendiri adalah melaksanakan pengendalian ekosistem hutan yang kegiatannya meliputi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau dan mengevaluasi kegiatan pengendalian ekosistem.
Baca Juga: Pernyataan Basarnas Soal Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Perairan Kepulauan Seribu
Taman Nasional Gunung Palung adalah kawasan konservasi istimewa. Menurut beberapa laporan, 65% kawasan nasional masih asli dan belum pernah kontak dengan manusia.
Taman Nasional itu juga adalah rumah bagi Orang Utan Kalimantan, dimana diperkirakan 10% orang utan Kalimantan hidup di Taman Nasional tersebut.
Satwa endemik di Taman Nasional itu adalah primata seperti orangutan, bekantan, beruk, owa dan kelasi.
Selain itu terdapat sekitar 200 jenis burung, beruang madu, babi hutan, kukang, kijang, kancil, bajing tanah bergaris empat, ayam hutan, rangkong badak, enggang gading, kura-kura gading, penyu tempayan, buaya siam dan tupai kenari.
Dari rencana Rizki untuk menetap di Ketapang bersama istri, anak, ibunda dan keponakan agar Rizki dapat memusatkan perhatian untuk menjaga serta merawat hutan dan ekosistem, kini mereka sekeluarga menetap di keabadian.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.