Kompas TV nasional peristiwa

Mengenal Skema 20-20-20 untuk Mitigasi Tsunami Selatan Pulau Jawa, BMKG: Masih Relevan

Kompas.tv - 28 September 2020, 05:35 WIB
mengenal-skema-20-20-20-untuk-mitigasi-tsunami-selatan-pulau-jawa-bmkg-masih-relevan
Ilustrasi: Tsunami. Mengenal Skema 20-20-20 untuk Mitigasi Tsunami Selatan Pulau Jawa, BMKG: Masih Relevan. (Sumber: Pixabay)
Penulis : Fadhilah

KOMPAS.TV - Potensi tsunami setinggi 20 meter di selatan Pulau Jawa dianggap mengkhawatirkan jika benar-benar terjadi.

Para ahli pun kembali menggencarkan edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat. Salah satu mitigasi yang sering disosialisasikan oleh berbagai pihak yakni skema 20-20-20.

Baca Juga: Ancaman Tsunami 20 Meter Pesisir Selatan Jawa

Apa itu skema mitigasi 20-20-20?

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono menerangkan, skema 20-20-20 sebagai skema mitigasi bencana gempa dan tsunami telah melalui berbagai riset dan kajian.

"Jadi saya kira ini (skema 20-20-20) masih sangat relevan untuk digunakan," kata Rahmat, Minggu (27/9/2020), sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Menurut Rahmat, skema ini adalah pedoman mitigasi bencana bagi masyarakat awam, terutama yang tinggal di kawasan pesisir pantai.

"Prinsip 20-20-20 merupakan skema mitigasi bencana gempa dan tsunami yang mudah diingat dan dipahami masyarakat," ungkap Rahmat.

Skema tersebut menjelaskan jika masyarakat merasakan guncangan selama 20 detik, maka setelah itu harus mengevakuasi diri.

Sebab, dalam 20 menit potensi tsunami akan terjadi. Selanjutnya, masyarakat diimbau lari menjauhi pantai menuju tempat yang lebih tinggi, dengan ketinggian minimal 20 meter.

"Sosialisasi dan edukasi gempa memang harus dilakukan dengan cara-cara pendekatan yang mudah dipahami seperti dengan skema tersebut. Jadi saya kira skema ini masih relevan diterapkan," jelas Rahmat.

Baca Juga: Potensi Tsunami di Selatan Pulau Jawa Setinggi 20 Meter, BMKG Ingatkan Hal Ini yang Perlu Dilakukan

Ilustrasi: Tsunami. Mengenal Skema 20-20-20 untuk Mitigasi Tsunami Selatan Pulau Jawa, BMKG: Masih Relevan. (Sumber: kompas.com)

Tetap Siaga

Sebelum hasil riset para peneliti di Institut Teknologi Bandung (ITB) dipublikasikan secara resmi, tahun lalu kabar potensi tsunami 20 meter mengintai pulau Jawa telah lama tersiar dan menjadi viral.

Menanggapi kabar viral tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan dalam menghadapi potensi bencana gempa dan tsunami, masyarakat diimbau untuk tetap siaga.

Seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (21/7/2019) lalu, Agus Wibowo yang sebelumnya menjabat sebagai Plh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB mengatakan masyarakat yang tinggal di pinggir pantai dapat menerapkan prinsip 20-20-20.

Apabila tidak ada daerah dengan ketinggian minimal 20 meter, maka dalam proses evakuasi, gedung tinggi di pinggir pantai juga dapat digunakan.

Asalkan bangunan tersebut masih berdiri kokoh setelah gempa berhenti.

Agus yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana BNPB, mengungkapkan, ciri bangunan yang memiliki kualitas tahan gempa yang baik, yakni yang sudah diuji oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Baca Juga: Riset ITB Potensi Tsunami 20 Meter Bikin Geger

Ilustrasi: gelombang tsunami. Mengenal Skema 20-20-20 untuk Mitigasi Tsunami Selatan Pulau Jawa, BMKG: Masih Relevan. (Sumber: Grid.id)

 

Riset ITB Tsunami 20 Meter

 

Potensi tsunami setinggi 20 meter yang mengancam Selatan Jawa, berdasarkan riset peneliti ITB terjadi akibat potensi aktivitas gempa besar yang terdeteksi berdasarkan data inversi GPS.

Salah satu peneliti riset ITB ini, Endra Gunawan mengatakan, berdasarkan analisis dua aspek studi, seandainya wilayah Selatan Jawa bagian barat, tengah, dan timur, terjadi gempa besar secara bersamaan, maka akan memicu gempa berkekuatan magnitudo 9,1.

"Kemudian dari informasi tersebut, kami modelkan potensi tsunaminya, dan muncullan (potensi tsunami) 20 meter di Jawa bagian barat, dan 10 meter di Jawa bagian tengah dan timur," ungkap dosen Teknis Geofisika ITB ini.

Lebih lanjut Rahmat menjelaskan sejak tsunami Aceh pada 2004 silam, secara langsung telah meningkatkan mitigasi tsunami maupun gempa bumi pada masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar pantai.

"Tidak hanya itu (skema mitigasi 20-20-20) Sejak tsunami Aceh, masyarakat mulai sadar bahwa begitu ada gempa, yang terpikir adalah tsunami. Bahkan, sumber gempa bumi di darat dan BMKG tidak merilis peringatan tsunami, namun warga pesisir pantai langsung akan lari menjauhi pantai," ungkap Rahmat.

Baca Juga: Potensi Tsunami Besar di Selatan Jawa, Kemungkinan Terburuk Gempa Hingga M 9,1

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x