JAKARTA, KOMPAS TV - Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, berkesempatan berbincang dengan Alpin Adrian, tersangka penusukan terhadap Syekh Ali Jaber.
Dalam pertemuannya, kata Ken, Alpin berbicara panjang lebar. Pembicaraan Alpin pun bahkan terbilang lancar. Pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh Ken bisa dijawab oleh Alpin.
"Ada motif yang mungkin belum di-sharing ke media," tutur Ken dikutip dari Tribunnews.com pada Rabu (23/9/2020).
Baca Juga: Polisi Gelar Rekonstruksi Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber
Ken memulai perbincangan bersama Alpin dengan menanyakan bagaimana akhirnya dia bisa berpikiran untuk menusuk Syekh Ali Jaber.
"Padahal jauh sebelum terkenal, Alpin itu sosok yang mengagumi Ali Jaber," tuturnya.
Dari pertanyaan itu, kemudian terjawab bahwa Alpin ternyata kerap menonton tayangan-tayangan yang menghadirkan sosok Syekh Ali Jaber.
"Dia sempat menonton tayangan-tayangan Ali Jaber sebelum tenar," ujar Ken.
Belakangan, Alpin memiliki kebencian terhadap Syekh Ali Jaber karena terpengaruh media sosial.
Baca Juga: Keluarga Akui Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Kupingnya Panas Kalau Dengar Suara Mengaji
Ia kerap ke warnet menonton tayangan-tayangan mengenai timur tengah. Terutama yang menyudutkan wilayah tersebut.
Alpin, kata Ken, tahu tentang tayangan itu setelah bertemu seseorang di warnet. Kemudian ia diberi informasi oleh seseorang yang belum lama dikenalnya itu.
"Dia (Alpin) sering ke warnet. Di situ dia ketemu seseorang yang memberikan informasi tentang tayangan-tayangan timur tengah," ujar Ken.
Karena terlalu sering menonton tayangan tersebut, sampai-sampai Alpin memiliki kebencian yang begitu mendalam tentang segala hal yang terkait dengan timur tengah.
Baca Juga: Setelah Aktif Ceramah Lagi, Syekh Ali Jaber Bersama Keluarga Kunjungi Menkopolhukam Mahfud MD
Pada akhirnya, kekagumannya terhadap Syekh Ali Jaber berubah menjadi kebencian.
"Dia mulai berpikir, ternyata orang timur tengah jahat-jahat, sadis-sadis. Karena dia secara agama tidak kuat. Dari tadinya menyukai akhirnya kayak takut, 'Ngeri sekali berarti orang timur tengah'," ujar Ken.
Ken mengaku tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa Alpin tidak waras. Sebab, dia selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sesuai konteks pembahasan.
"Dia bukan gila, tapi psikopat. Dia menyendiri, dia punya dunianya sendiri, punya pemikiran yang berbeda dengan umumnya, sehingga dia melakukan hal-hal di luar nalar," ucap Ken.
"Dan tadi aku tanya, kamu kok pegang pisaunya bagus banget kayak orang terlatih. Dia mengakui pernah belajar pencak silat."
Baca Juga: Mahfud MD dan Syekh Ali Jaber Pun Berkampanye Protokol Kesehatan Saat Silaturahmi
Lebih lanjut, Ken berpandangan sosok Alpin seperti tertekan. Selain faktor kedua orang tuanya yang telah bercerai, pelaku juga tertekan masalah ekonomi.
Diketahui, Alpin berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Ibunya kerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di Hongkong. Sementara Alpin sendiri belum berkeluarga.
"Dia tinggal di rumah sempit, satu rumah dihuni banyak keluarga. Kadang-kadang temperamen, marah, anak broken home," ujarnya.
Namun, Ken yang telah berpengalaman berbincang dengan kelompok radikal ini, melihat sosok Alpin tidak berafiliasi dengan kelompok radikal manapun.
Baca Juga: 7 Jaksa Teliti Berkas Perkara Penusukan Syekh Ali Jaber
"Dia masalah keluarga, ekonomi tidak mampu, secara agama dia Salat saja tidak bisa. Jadi kalau saya melihat ini lone wolf, dia melakukan sendiri, tunggal, tidak berafiliasi dengan kelompok manapun," tutur Ken.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.