Kompas TV lifestyle kesehatan

7 Dampak Buruk Konsumsi Protein yang Berlebihan

Kompas.tv - 25 Maret 2025, 07:15 WIB
7-dampak-buruk-konsumsi-protein-yang-berlebihan
Ilustrasi. Dampak buruk konsumsi protein yang berlebihan. (Sumber: Freepik)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Edy A. Putra

 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Protein merupakan salah satu nutrisi penting untuk menunjang fungsi tubuh. Protein dapat membantu membentuk otot, memperbaiki organ tubuh, dan memperkuat tulang.

Meski penting bagi tubuh, konsumsi protein juga tidak boleh berlebihan. Kebutuhan protein harian setiap orang berbeda-beda, bergantung pada usia, jenis aktivitas dan jenis kelaminnya.

Asupan protein harian yang berlebihan justru membawa dampak negatif untuk kesehatan tubuh. Dikutip dari laman WebMD, berikut beberapa dampak buruk konsumsi protein yang berlebihan.

7 Dampak Buruk Konsumsi Protein yang Berlebihan

1. Kenaikan berat badan

Dalam jangka pendek, diet tinggi protein memang dapat menurunkan berat badan. Namun, konsumsi protein yang berlebihan justru dapat berisiko menyebabkan kenaikan berat badan.

Penurunan berat badan yang terjadi awalnya dapat terhenti, karena protein yang berlebihan disimpan sebagai lemak tubuh.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Clinical Nutrition Journal pada 2016 menunjukkan, diet yang menggantikan karbohidrat dengan protein dapat menyebabkan peningkatan berat badan dalam jangka panjang.

Baca Juga: 5 Ikan yang Cocok untuk Diet, Rendah Kalori dan Tinggi Protein

2. Dehidrasi

Konsumsi protein yang lebih banyak daripada kebutuhan harian juga dapat menyebabkan dehidrasi. Sebuah penelitian menemukan, atlet yang mengonsumsi protein dalam jumlah besar mengalami dehidrasi.

Meski studi lainnya yang diterbitkan dalam Journal of the American Dietetic Association pada 2006 menyebutkan, diet tinggi protein tidak menyebabkan dehidrasi pada pria sehat. Namun, tetap penting untuk memastikan kecukupan cairan tubuh agar tidak mengalami dehidrasi.

3. Meningkatkan risiko kerusakan ginjal

Dampak buruk kelebihan konsumsi protein selanjutnya adalah meningkatkan risiko kerusakan ginjal, terutama bagi mereka yang memiliki masalah ginjal sebelumnya.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Society of Nephrology pada 2020 menunjukkan, diet tinggi protein dapat memperburuk kerusakan ginjal pada penderita penyakit ginjal kronis.

Bagi individu yang memiliki ginjal sehat, efek ini cenderung tidak terjadi, tetapi tetap perlu waspada dalam mengonsumsi protein secara berlebihan.

4. Masalah pencernaan

Diet tinggi protein yang membatasi karbohidrat biasanya rendah serat, yang dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit.

Selain itu, konsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung susu atau produk olahan dapat menyebabkan diare, terutama bagi mereka yang tidak toleran laktosa.

Makanan berlemak atau daging goreng juga dapat memicu masalah pencernaan.

5. Bau mulut

Konsumsi makanan tinggi protein juga dapat memicu bau mulut. Pasalnya, membatasi karbohidrat dapat menyebabkan tubuh mengalami metabolisme atau ketosis.

Proses ini menghasilkan senyawa kimia yang berbau tidak sedap, sehingga menyebabkan bau mulut. Bau mulut ini sulit hilang meskipun menjaga kebersihan mulut dengan baik. 

6. Peningkatan risiko kanker

Beberapa studi menunjukkan, diet tinggi protein yang berbasis daging merah, dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, seperti kanker usus besar, payudara, dan prostat.

Peneliti percaya bahwa hal ini bisa disebabkan oleh kandungan hormon, senyawa karsinogenik, serta lemak yang ada dalam daging merah.

Sebaiknya, konsumsi protein dari sumber lain, seperti kacang-kacangan dan ikan, yang telah terbukti terkait dengan penurunan risiko kanker.

Baca Juga: Ahli Gizi Ingatkan Proporsi Protein dan Mineral dalam Makan Bergizi Gratis Harus Terpenuhi

7. Penyakit jantung

Makan terlalu banyak daging merah dan produk susu tinggi lemak dalam diet tinggi protein dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Asupan lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi dapat memicu masalah kesehatan jantung. 

Sebuah studi pada 2010 menunjukkan, konsumsi daging merah dan produk susu penuh lemak meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita.

Sebaliknya, konsumsi unggas, ikan, dan kacang-kacangan dapat menurunkan risiko penyakit jantung.


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : WebMD

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x