Cahaya matahari juga membantu menyinkronkan ritme atau jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur dan bangun.
Jika seseorang jarang terkena sinar matahari, ritme sirkadian bisa terganggu, menyebabkan gangguan tidur dan meningkatkan risiko gangguan suasana hati.
4. Kekurangan vitamin D
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, terutama pada orang yang tinggal di daerah dengan sedikit sinar matahari atau mereka yang jarang beraktivitas di luar ruangan.
Baca Juga: 7 Penyebab Rasa Kantuk Tak Kunjung Usai, dari Diabetes hingga Depresi
5. Jarang mendapatkan asupan omega-3
Asam lemak omega-3 penting untuk kesehatan otak. Nutrisi ini bisa didapat dari asupan makanan.
Sayangnya, kebanyakan orang tidak cukup mengonsumsi omega-3 yang membuat otak rentan terhadap depresi.
6. Berada di lingkungan toksik
Kebiasaan sepele yang dapat memicu depresi selanjutnya adalah berada di lingkungan toksik. Lingkungan toksik adalah lingkungan yang penuh dengan konflik, tekanan, dan ekspektasi tidak realistis.
Hal ini dapat meningkatkan hormon stres (kortisol) dalam tubuh, yang jika terus-menerus tinggi, dapat menyebabkan kecemasan, kelelahan mental, dan akhirnya depresi.
Orang-orang yang hidup di lingkungan toksik sering menggunakan gaslighting, meremehkan, atau mengkritik secara berlebihan.
Hal ini bisa membuat seseorang merasa tidak berharga dan kehilangan kepercayaan diri, yang merupakan faktor utama dalam depresi.
Baca Juga: 5 Dampak Negatif Tidur Terlalu Lama, Bisa Picu Depresi dan Sakit Kepala
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Health
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.