Selain itu, Boxing Day juga memiliki kaitan dengan tradisi gereja. Pada masa Advent, gereja-gereja sering mengumpulkan sumbangan dalam kotak amal.
Kotak ini kemudian dibuka dan isinya didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan pada hari setelah Natal. Praktik ini menambah makna simbolis Boxing Day sebagai hari untuk berbagi dan membantu sesama, melanjutkan semangat kasih dan kedermawanan yang dirayakan pada Natal.
Seiring waktu, tradisi ini menyebar ke negara-negara lain melalui pengaruh kolonial Inggris, seperti Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan.
Di negara-negara ini, Boxing Day kemudian diakui sebagai hari libur nasional. Meskipun praktik memberikan kotak hadiah kepada pekerja mulai berkurang, Boxing Day tetap menjadi hari yang penting dalam kalender budaya dan sosial.
Dalam konteks modern, Boxing Day sering diasosiasikan dengan belanja besar-besaran.
Di banyak negara, toko-toko menawarkan diskon besar-besaran, mirip dengan konsep "Black Friday" di Amerika Serikat.
Baca Juga: Momen Wapres Gibran Tinjau Pelaksanaan Ibadah Natal di Solo, Singgung Soal Toleransi
Selain itu, Boxing Day juga menjadi hari penting untuk acara olahraga, terutama di Inggris dan Australia, dengan pertandingan sepak bola dan kriket yang diadakan sebagai bagian dari perayaan.
Meskipun maknanya telah berkembang seiring waktu, akar dari Boxing Day tetap terhubung dengan semangat berbagi, penghargaan, dan kebaikan kepada sesama.
Tradisi ini mengingatkan akan pentingnya memberi, terutama kepada mereka yang kurang beruntung, sebagai lanjutan dari perayaan Natal yang penuh kasih.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.