Diagnosis epilepsi dilakukan melalui pengumpulan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Ditambahkan dokter spesialis bedah saraf, Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS, tata laksana untuk epilepsi umumnya mencakup penggunaan obat antiepilepsi, yang bertujuan untuk mengontrol kejang.
Namun, tidak semua pasien merespons dengan baik terhadap obat dan dalam beberapa kasus, pembedahan atau terapi diet khusus juga dapat dipertimbangkan.
Pendekatan tata laksana harus disesuaikan dengan jenis kejang, usia, dan kondisi kesehatan pasien. Salah satunya adalah Vagus Nerve Stimulation (VNS).
“Perangkat ini merangsang saraf vagus untuk mengurangi frekuensi kejang. VNS biasanya ditawarkan kepada pasien yang tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dari pengobatan antiepilepsi konvensional,” tutur dr. Made Agus.
Seperti prosedur medis lainnya, VNS juga memiliki efek samping namun bersifat ringan dan dapat dikelola.
Penting bagi pasien untuk berdiskusi dengan tim medis mereka tentang efek samping yang mungkin muncul dan cara mengatasinya.
Baca Juga: Mitos atau Fakta? Menyusui Itu Harus Berhenti saat Anak Usia 2 Tahun
VNS dapat memberikan alternatif bagi pasien untuk mengurangi frekuensi dan intensitas kejang, serta meningkatkan kualitas hidup mereka.
Epilepsi memerlukan pemahaman mendalam untuk pengelolaannya.
Dengan diagnosis yang tepat dan tata laksana yang sesuai, pasien epilepsi dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan produktif.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.