JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat mewaspadai penularan Flu Singapura dengan menjaga daya tahan tubuh.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, virus influenza memang banyak varian dan terus bermutasi.
Seperti H1N1 atau Flu Babi, H5N1 atau Flu Burung, hingga Flu Singapura atau yang dikenal dengan istilah Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD).
Dengan latar virus yang terus bermutasi membuat penularan semakin tinggi. Namun mutasi dari Flu Singapura yang kasusnya mulai meningkat di Indonesia bukan varian baru yang mematikan seperti Flu Burung.
"Data yang kita lihat memang ada varian baru tapi itu bukan varian yang mematikan seperti Flu Burung," ujar Budi Gunadi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (28/3/2024) malam.
Baca Juga: Hingga Maret, Terdapat 10 Pasien Terjangkit Virus Flu Singapura di Depok!
Budi menjelaskan inveksi virus influenza lebih banyak menyerang pasien dengan kondisi daya tahan tubuh sedang lemah.
Dampaknya juga bisa meningkat, untuk itu masyarakat perlu menjaga kesehatan tubuh agar tubuh tidak lemah jika terserang varian tersebut dan menjaga daya tahan tubuh untuk mencegah penularan penyakit.
"Kalau kena infeksi kayak flu yang penting daya tahan tubuh kita jangan lemah. Jangan sampai kurang tidur, makannya (jangan) kurang. Itu pastikan daya tahannya," ujar Budi.
Kementerian Kesehatan RI melaporkan kasus Flu Singapura belakangan meningkat signifikan. Pemantauan hingga pekan ke-11 di 2024, total lebih dari 5 ribu pasien terinfeksi.
Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes Achmad Farchanny Tri Adriyanto mengatakan, catatan ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
Baca Juga: Atasi Efek Penuaan Sel dengan Terapi Stem Cell untuk Cegah Penyakit Degeneratif
Hal ini diyakini berkaitan dengan tren yang sedang melanda negara tetangga, Singapura, yang juga melaporkan fenomena serupa.
Sementara dari beberapa laporan dinas kesehatan di daerah, sebanyak 738 kasus dilaporkan di Banten dan 45 kasus di Depok.
Gejala awal penyakit Flu Singapura disebut hampir mirip dengan gejala demam berdarah dengue (DBD).
Perbedaan menonjol yakni adanya benjolan kecil. Benjolan kecil tersebut umumnya muncul di telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa mulut.
Baca Juga: 10 Tanaman Herbal Ini Bisa Atasi Batuk dan Flu, Murah dan Ampuh!
Pasien Flu Singapura mengalami demam selama satu sampai dua hari. Kemudian yang paling sering terjadi berkurangnya nafsu makan, lesu, dan nyeri tenggorokan karena munculnya sariawan.
Jangka waktu rawat inap yang mungkin memiliki kisaran 5-7 hari ini rentan terjadi pada bayi atau anak-anak berusia di bawah lima tahun.
"Kebanyakan, pasien Flu Singapura ini lebih banyak menyerang ke bayi dan anak-anak dengan usia di bawah lima tahun," ujar Humas RSUD KiSA Depok Asa Ari Wibowo dikutip dari Kompas.com.
Langkah pencegahan atas penyakit yakni pola hidup sehat dan menjaga daya tahan tubuh tetap fit.
"Risiko penularan dapat dicegah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yakni mencuci tangan dengan sabun, menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk, dan tidak menggunakan alat rumah tangga secara bersamaan," ujar Ari.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.