JAKARTA, KOMPAS.TV - Ahli Gizi DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum mengatakan bahwa gula tidak penting diberikan kepada anak-anak.
Dokter Tan menjelaskan, itu karena kebanyakan makanan utuh atau real food sebenarnya sudah mengandung gula yang dibutuhkan tubuh anak.
"Memang tidak penting, makanya dalam panduan dari UNICEF bahwa biasakan anak-anak tidak punya yang disebut added salt and added sugar sampai lepas MPASI (Makanan Pendamping ASI)," kata DR. Tan dalam diskusi kesehatan bertema "Yang Manis Anaknya, Bukan Makanan dan Minumannya" di akun instagram resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (7/2/2024).
Baca Juga: Tamara Tyasmara Akui Anaknya yang Tenggelam Dititip ke Kekasihnya, sudah Cerai dari Angger Dimas
"Misalnya pada anak-anak yang baru MPASI. wortel itu manis, udang itu manis, kalau dia dikasih jeruk peres manis, kalau dia dikasih buah naga manis, dikasih pepaya manis. Jadi, tidak perlu ditambahin gula," ujarnya.
"Jadi anak bisa apresiasi rasa manis, 'Oh jadi manis ada tempatnya ya'. Tidak manis palsu karena ditambahin gula," imbuhnya.
"Anak itu butuh karbohidrat, bukan gula. Anak butuh protein, enggak ada kan anak dikasih makan asam amino. Kalau anak kamu enggak dikasih makan asam amino, maka enggak usah anaknya dikasih gula," terangnya.
Jadi menurutnya, gula dari pemanis buatan tidak penting untuk anak.
Lebih penting para orangtua memberikan makanan utuh yang memiliki rasa manis alami dan nutrisi kepada anak.
"Kalau orang tua mau mengenalkan rasa manis pada anak bisa dikenalkan dari rasa manis alami sayuran, buah," ujarnya.
Tan juga mengatakan bahwa gula adalah kalori kosong, yang bisa memengaruhi nafsu makan anak.
"Yang namanya gula adalah karbo. Karbo kalau dibakar menjadi 4 kalori per gramnya. Kenapa kita bilang kalori kosong? Karena tidak punya nilai nutrisi," jelasnya.
Jika anak banyak mengonsumsi gula, ia mengatakan, anak bisa kenyang sebelum mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang yang dibutuhkan tubuhnya.
"Jadi kalau anak keburu kenyang dengan makanan manis, yang akan terjadi tentu saja ketika jamnya makan, dia akan menolak untuk makan," ungkapnya.
Baca Juga: Jelang Imlek 2024, Perajin Tas Lampion di Blitar Kebanjiran Order
Kemudian, jika anak mengonsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan beberapa efek, yang disebut 5K. Ia menjelaskan bahwa K yang pertama adalah kegemukan. Kegemukan dari konsumsi gula dan makanan yang terlalu banyak dikonsumsi. K yang kedua adalah kolesterol meningkat, terutama bagi orang dewasa. K yang ketiga adalah kanker.
"Kita sudah tahu bahwa orang-orang yang gemuk, orang-orang yang obesitas itu cenderung mempunyai risiko kanker lebih besar," paparnya.
Selanjutnya, K yang keempat adalah keropos tulang, seperti yang sering dialami pada ibu-ibu yang mengeluhkan lutunya sakit, karena terkena osteopeni atau osteoporosis. "K yang kelima adalah ketagihan," ucapnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.