Banyak dari pemuda yang mengalami isolasi ini berasal dari keluarga kurang mampu dan mulai menutup diri dari masyarakat pada usia muda, seperti yang diungkapkan dalam siaran pers pemerintah.
Pemuda di Korea Selatan mulai menyendiri karena trauma pribadi, intimidasi di sekolah, stres akademis, konflik keluarga, atau kurangnya perhatian dari wali atau orang tua.
Baca Juga: 2 Januari Hari Introvert Sedunia, Menghargai Mereka yang Memilih Jauh dari Keramaian
Dalam studi kasus yang disediakan oleh Kementerian Keluarga Korea Selatan, seorang remaja berusia 17 tahun yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa ia mulai hidup menyendiri dari usia 15 tahun akibat kekerasan dalam rumah tangga.
"Sulit untuk meninggalkan rumah. Bahkan jika kamu berhasil mengumpulkan keberanian untuk keluar, membuat kontak mata dengan orang lain sangat sulit," ujar remaja tersebut, sebagaimana yang disampaikan dalam rilis pemerintah Korea Selatan.
Otoritas saat ini khawatir bahwa isolasi fisik yang berkepanjangan dapat membuat pemuda ini rentan terhadap depresi dan menghambat pertumbuhan fisik mereka karena gaya hidup yang tidak teratur dan kurang gizi.
Korea Selatan juga sedang berupaya untuk mempersiapkan diri menghadapi penurunan tajam dalam jumlah penduduk usia kerjanya.
Para ahli khawatir bahwa fenomena menurunnya jumlah pekerja suatu hari nanti dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang bisa saja menghancurkan Korea Selatan, di mana jumlah pekerja yang sedikit harus mendukung jumlah pensiunan yang terus meningkat.
Sementara itu, kenaikan harga properti dan ketidakpastian pekerjaan yang meningkat di Korea Selatan memberikan tekanan sosial dan finansial yang besar pada generasi muda.
Lebih dari seperempat penduduk Korea berusia 20 hingga 39 tahun pernah didiagnosis mengalami depresi, seperti yang dilaporkan dalam survei pemerintah tahun 2019.
Baca Juga: Urutan Peringkat 12 Zodiak dari yang Paling Introvert ke Ekstrovert
Studi pada tahun 2019 dan 2021 juga menemukan bahwa hampir sepertiga siswa sekolah menengah dan tinggi di Korea Selatan mempertimbangkan bunuh diri karena tekanan akademis.
Bantuan pemerintah lainnya untuk remaja di bawah Undang-Undang tersebut mencakup;
Beberapa pemuda yang memenuhi syarat juga dapat menerima;
Tidak hanya itu pemuda juga dapat menerima dukungan tunai sebesar USD30 atau sekitar Rp3,5 juta untuk operasi plastik untuk perbaikan bekas luka, tato, gigi yang hilang, atau deformasi yang membuat sulit bagi mereka untuk berinteraksi dengan teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun secara umum, juru bicara menyatakan bahwa operasi plastik ini tidak memenuhi syarat untuk tujuan tersebut.
Sumber : Insider
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.