JAKARTA, KOMPAS TV - Pneumonia adalah infeksi yang menyerang salah satu atau kedua paru-paru. Penyebab umum pneumonia melibatkan bakteri dan virus, meskipun jamur juga dapat menjadi pemicu.
Infeksi ini mengakibatkan peradangan pada alveoli (kantung udara) di paru-paru, yang menyebabkan penumpukan cairan dan kesulitan bernapas.
Penting untuk dicatat bahwa pneumonia bisa menjadi keadaan darurat medis, dan dapat menyerang orang yang berusia di atas 65 tahun dan anak-anak berusia 5 tahun ke bawah.
Meskipun pneumonia umumnya memengaruhi paru-paru, komplikasi dapat menyebabkan masalah pada area tubuh lainnya yang dapat sangat serius hingga mengancam nyawa.
Risiko, pengobatan, dan waktu pemulihan bergantung pada penyebab infeksi, usia, dan masalah kesehatan tambahan yang dimiliki sebelum terkena pneumonia.
Untuk memahami lebih dalam mengenai penyakit ini, berikut adalah beberapa dampak pneumonia pada tubuh yang mungkin terjadi, seperti yang dikutip dari Healthline berikut ini.
Pneumonia dimulai ketika bakteri atau virus memasuki tubuh melalui saluran udara. Setelah infeksi masuk ke paru-paru, peradangan menyebabkan kantong udara, disebut alveoli, terisi cairan atau nanah.
Hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, batuk, dan mengeluarkan dahak berwarna kuning atau coklat. Selain itu pernapasan bisa terasa sulit dan dangkal, serta nyeri dada saat bernapas dalam.
Penumpukan cairan di dalam dan sekitar paru-paru dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
Cairan yang terkumpul di suatu area disebut abses, dan jika pengobatan antibiotik tidak mengatasi abses, kemungkinan perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk mengangkatnya.
Baca Juga: Pneumonia Anak Merebak di China, Kemenkes RI Minta Warga Tak Panik, Beberkan 5 Langkah Antisipasi
Adanya cairan di antara selaput paru-paru dan lapisan dalam dinding dada disebut efusi pleura, dan efusi pleura yang terinfeksi memerlukan tindakan pengeringan. Untuk prosedur ini, selang dada sering digunakan.
Jika infeksi dan penumpukan cairan mencapai tingkat keparahan yang cukup, akan dapat menghambat fungsi paru-paru.
Ketika paru-paru tidak dapat menyediakan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida pada tingkat yang optimal, hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
Tanda gejala kegagalan pernapasan, meliputi;
Jika mengalami gejala kegagalan pernapasan, segera cari bantuan medis. Kondisi ini dapat diatasi melalui terapi oksigen atau dengan menggunakan ventilator, yaitu mesin yang membantu proses pernapasan.
Salah satu indikasi awal pneumonia yang disebabkan oleh bakteri adalah peningkatan detak jantung yang cepat, yang mungkin terkait dengan demam tinggi.
Infeksi pneumonia memiliki potensi untuk menyebar dari paru-paru ke dalam aliran darah. Hal ini merupakan komplikasi serius yang dapat mencapai organ utama dan menyebabkan kerusakan organ atau bahkan kematian.
Penyebaran bakteri melalui darah dikenal sebagai bakteremia, dan jika tidak diatasi, dapat mengakibatkan syok septik yang dapat menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan penurunan aliran darah ke organ-organ utama tubuh.
Kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan organ, di mana organ-organ tersebut tidak mendapatkan pasokan darah dan oksigen yang cukup, sehingga dapat mengalami kerusakan dan kegagalan.
Paru-paru memainkan peran penting dalam menambahkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida berlebih.
Jika fungsi ini terhambat, organ-organ utama dalam tubuh dapat mengalami ketidakcukupan pasokan oksigen dan akumulasi karbon dioksida berlebihan. Jika tidak ditangani, hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan organ.
Terdapat bukti juga bahwa seseorang yang mengalami pneumonia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung. Risiko ini dapat berlanjut selama masa pemulihan dan tetap meningkat bahkan bertahun-tahun setelah infeksi berlangsung.
Baca Juga: Kasus Pneumonia Anak Meningkat di Indonesia, Kenali Gejala dan Sumber Penularannya
Sistem kekebalan tubuh berperan penting dalam melawan bakteri dan virus yang dapat membahayakan tubuh.
Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal dan sehat umumnya mampu pulih dari pneumonia dengan pengobatan antibiotik dan istirahat.
Namun, bagi orang yang mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh akibat kondisi lain, seperti infeksi HIV atau sedang menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi, mereka memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia dan mengalami komplikasi.
Ketika tubuh berusaha melawan infeksi, kelemahan atau nyeri otot dapat muncul. Gejala ini lebih umum terjadi pada pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Apabila pneumonia menyebabkan demam, menggigil dapat menjadi salah satu manifestasi dari demam. Menggigil terjadi ketika otot mengalami perluasan dan kontraksi.
Apabila tidak mendapat pengobatan, infeksi saluran kemih dapat menyebar dan mengakibatkan terjadinya pneumonia. Meskipun demikian, insiden ini termasuk jarang terjadi.
Infeksi juga dapat disebarkan dari paru-paru melalui peredaran darah dan masuk ke dalam saluran kemih.
Baca Juga: Cegah Pneumonia, Kemenkes Perketat Pengawasan di Pintu Masuk Bandara dan Pelabuhan
Dua jenis bakteri yang menjadi penyebab pneumonia, yaitu Streptococcus pneumoniae dan Legionella pneumophila, juga dapat ditemukan dalam urin.
Dokter dapat menggunakan uji urin untuk memastikan adanya pneumonia dan menentukan opsi pengobatan yang tepat.
Dalam situasi tertentu, seperti pada pneumonia yang disebabkan oleh virus flu, mual dan muntah dapat menjadi gejala umum terjadi.
Meskipun pneumonia dapat menjadi kondisi serius, pemahaman tentang dampaknya pada sistem tubuh lainnya dapat membantu dalam deteksi dini dan penanganan yang tepat.
Penting untuk mencari perhatian medis segera jika mengalami gejala komplikasi pneumonia. Selain itu, langkah-langkah pencegahan, seperti vaksinasi dan menjaga kesehatan secara menyeluruh, dapat membantu mengurangi risiko pneumonia dan komplikasinya.
Sumber : Healthline
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.