JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, dr. Esti Widiastuti, MScPH, menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap obesitas pada seseorang.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi obesitas di tingkat nasional mencapai sekitar 21,8%. Angka ini dihitung berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh.
Selain itu, data Riskesdas juga menunjukkan bahwa proporsi individu yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang kurang memadai cukup tinggi.
“Berbicara tentang obesitas itu berbicara bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh dengan apa yang keluar. Tapi kalau apa yang masuk lebih banyak akhirnya menumpuk dan penumpukan kalori yang masuk itu akan menjadi lemak sehingga jadilah overweight dan obesitas,” papar dr. Esti dikutip dari laman Sehat Negeriku Kemenkes.
Menurut dr. Esti, dampak dari kurangnya aktivitas fisik ini adalah banyak orang yang meyakini bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk penyakit tidak menular lainnya.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya aktivitas fisik dan asupan kalori yang tinggi.
Salah satu faktor yang memengaruhi situasi ini adalah penggunaan ponsel pintar yang tidak terkontrol, yang membuat penggunanya cenderung malas bergerak.
Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kesehatan telah merancang strategi pencegahan melalui promosi kesehatan dan pengelolaan obesitas dengan mengendalikan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).
Promosi kesehatan dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti Puskesmas, dengan melakukan deteksi dini melalui pengukuran berat badan dan lingkar perut.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk memperbaiki gaya hidup mereka, seperti tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan meningkatkan konsumsi protein, buah, dan sayur.
Sementara itu, pengendalian faktor risiko PTM dilakukan melalui penanganan yang adekuat terhadap kasus obesitas, seperti terapi obesitas dengan menerapkan diet sehat, melakukan latihan fisik, modifikasi perilaku, pendekatan medis, dan rujukan ke spesialis yang sesuai.
Baca Juga: Cipto Raharjo, Pria Penderita Obesitas Berbobot 200 Kg Asal Tangerang Dirujuk ke RSCM Jakarta
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.