A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined property: stdClass::$iframe

Filename: libraries/Article_lib.php

Line Number: 241

Backtrace:

File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler

File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article

File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once

Morgan Stanley: Ekonomi Indonesia Pulih Tercepat Setelah Tiongkok

Kompas TV kolom catatan jurnalis

Morgan Stanley: Ekonomi Indonesia Pulih Tercepat Setelah Tiongkok

Kompas.tv - 23 Juni 2020, 21:05 WIB
morgan-stanley-ekonomi-indonesia-pulih-tercepat-setelah-tiongkok
(Sumber: )
Penulis : Zaki Amrullah

Oleh: Dyah Megasari, Jurnalis Kompas Tv 

Bank investasi yang berbasis di New York, Amerika Serikat yaitu Morgan Stanley sangat percaya diri melabeli Indonesia, sebagai negara dengan proyeksi pemulihan ekonomi tercepat kedua setelah Tiongkok. Pemulihan yang dimaksud adalah, dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi corona.

Tiongkok sebagai episentrum covid-19 pertama di dunia, menjadi negara yang juga paling pertama pulih. Denyut bisnis sang adidaya di Asia ini, diyakini merangkak naik di kuartal ke-tiga tahun ini.

Dalam Jurnal terbaru berjudul "Asia Economic Mid-Year Outlook", Morgan Stanley menempatkan sejumlah negara jiran seperti Thailand, Malaysia, Singapura, serta Hongkong di peringkat ketiga. Ekonomi mereka baru akan berdenyut di kuartal dua tahun 2021.

Benarkah Indonesia Jadi yang Tercepat?

Jawabannya tergantung fundamental Indonesia. Kembali mengaju pada jurnal Morgan Stanley, ada tiga hal yang memengaruhi, kecepatan pemulihan ekonomi.

Pertama, seberapa besar eksposur pertumbuhan ekonomi global, terhadap struktur pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Jika mengacu pada rupiah, volatilitas yang diakibatkan dinamika global sangat tinggi.  Apalagi, struktur ekonomi Indonesia juga sangat bergantung pada harga komoditas yang rentan naik turun. Di sini, Indonesia masih sangat rentan terpengaruh.

Kedua, efektivitas respons yang dikeluarkan oleh lembaga untuk menahan efek negatif covid-19 yang lebih dalam. Dalam syarat kedua ini, Indonesia cukup responsif dari bauran kebijakan fiskal dan moneter.  BI berperan sebagai “helikopter uang”, fiskal merespons dengan relaksasi pajak, sampai dana bantuan sosial.  Total anggaran untuk meringankan beban akibat covid-19 mencapai Rp 700 triliun rupiah. Bahkan, defisit anggaran dalam APBN 2020, diproyeksi mencapai 6,34 persen terhadap PDB, atau dua lipat di ambang batas sehat yaitu 3 persen.

Ketiga, pelonggaran atau ketersediaan ruang bagi kebijakan yang sewaktu-waktu akan dibutuhkan dalam menghadapi tantangan Covid-19. Menurut Morgan Stanley, Indonesia termasuk negara yang bisa memenuhi 3 syarat ini.

Pulih Cepat dengan Catatan

Tetapi ada syarat berbeda yang dipaparkan oleh perbankan BUMN. Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam jurnal berjudul “New Normal, Tantangan & Peluang Ekonomi”, memaparkan, ekonomi Indonesia bisa pulih dengan agresif dengan catatan tebal tidak terjadi gelombang ke-dua covid-19.

“Perekonomian domestik dapat memiliki V-shaped recovery (dengan asumsi tidak ada second wave di Indonesia) dengan potensi pertumbuhan positif di kuartal IV 2020. Jika terjadi second-wave kemungkinan pemulihan ekonomi domestik akan lebih panjang,” ulas Andry.

“V shaped” merupakan istilah, ketika ekonomi terjun dalam, tetapi kembali naik dengan cepat. Grafiknya membetuk pola huruf “V”.

Untuk membentuk pola “V”, respon kebijakan fiskal (melalui stimulus) dan moneter, dinilai sudah tepat dengan menyeimbangkan stabilitas moneter (sektor finansial) dan support kepada pertumbuhan, terutama menopang daya beli. Kebijakan ini memberikan kepercayaan diri bagi pelaku pasar dan dunia usaha.

Mengacu pada konsensus Bloomberg, ekonomi Indonesia di tahun 2020 hanya tumbuh 0,4 persen. Tetapi di 2021, melesat ke 5,5%.

Sementara, outlook hitungan Bank Mandiri, ekonomi Indonesia 2020 akan tumbuh 0,02 persen dan 4,43 persen pada tahun depan. Tingkat konsumsi yang rendah, kegiatan ekspor impor yang lesu masih menjadi bandul pemberat PDB tahun ini.

Melonggarkan PSBB, Menolong Pajak

Pelonggaran PSBB (dengan protokol kesehatan yang ketat) dapat mendorong aktivitas beberapa sektor dan perekonomian beberapa daerah. Aktivitas ekonomi seperti inilah yang bakal memacu penerimaan pajak.

Dari target Rp 1.642,6 triliun, realisasi pajak tahun ini diperkirakan hanya Rp 1.254,1 triliun. Artinya ada selisih atau shortfall Rp 388,5 triliun.



 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x