Kompas TV kolom opini

Tuntaskan Dendam Iniesta dan Luis Aragones

Kompas.tv - 8 Juli 2024, 19:17 WIB
tuntaskan-dendam-iniesta-dan-luis-aragones
Luis Aragones saat melatih tim nasional Spanyol (Sumber: Facebook Football City)

Perubahan ini sukses dilakukan Aragones karena dia mampu menyatukan pemain, tidak ada lagi ego Real Madrid, Barcelona , atau Athletic Bilbao, tiga klub yang jadi representasi tiga etnis terbesar di Spanyol. 

“Kalian adalah tim, bukan Madridlenos, Catalans atau Basques, kalian Spanyol,” katanya.

Spanyol pun juara Piala Eropa 2008, Xavi Hernandez jadi pemain terbaik, sejarah kesuksesan dimulai. 

“Luis Aragones mengubah sejarah sepak bola Spanyol, untuk itu saya selalu berterima kasih kepadanya,” kata Iker Casillas, mengomentari meninggalnya sang pelatih tahun 2014. 

Pelatih Vicente Del Bosque melanjutkan warisan Aragones berhasil bawa Spanyol juara Piala Dunia untuk pertama kalinya tahun 2010, dan mempertahankan Piala Eropa di tahun 2012.

Sayangnya, Aragones pergi sebelum membalas kekalahan dari Perancis.  

Kesempatan itu ada di tangan pelatih Luis de la Fuente di semi final Piala Eropa 2024. Akankah Perancis kembali jadi mimpi buruk La Furia Roja?

Fuente memulai turnamen hingga sampai semi final dengan cara meyakinkan, termasuk mempermalukan tuan rumah Jerman. 

Baca Juga: Andreas Brehme, Jelmaan Brietner secerdas Beckenbauer

Spanyol memainkan sepak bola menyerang. Memang tidak sepenuhnya memainkan “tiki taka” ala Aragones, tapi permainan cepat dari sayap mengandalkan pemain muda Nico Williams dan Lamine Yamal.

Tidak ada play maker sehebat Xavi Hernandez dan gelandang menyerang Andres Iniesta, namun Rodrigo jadi jangkar dan penyeimbang tangguh untuk menopang gerakan Fabian Ruiz dan Pedri menyerang dari tengah. 

Perancis boleh dibilang tidak terlalu meyakinkan di turnamen ini, bahkan belum cetak gol dari open play. 

Kylian Mbappe cuma bikin sebiji gol dari titik putih. Bintang mereka justru ada di kiper Mike Maignan dan bek Theo Hernandez. 

Pemain Perancis lebih berpengalaman dan pelatih Didier Deschamps tidak banyak mengubah skuad serta pola permainan. 

Baca Juga: Menunggu Kejutan Turki dan Kebangkitan Perancis

Kejadian tahun 2006, kunci kemenangan Perancis meredam Spanyol adalah berkat kematangan dan pengalaman Zidane, Vieira, Lilian Thuram atau Claude Makelele.

Spanyol memang diunggulkan secara statistik selama turnamen, tapi lawan Perancis mereka butuh lebih. 

Perancis adalah tim yang paling konsisten sejak dilatih Didier Deschamps, runner up Piala Eropa 2016, juara Piala Dunia 2018 dan runner up 2022 buktinya. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x