Tidak lama setelah mereka bertiga pergi, terdengar suara tembakan dan ponsel Mohammed Shula berdering.
Mohammed mendengar napas menantunya tersengal-sengal dari telepon. Saat itu Shalabi mengatakan bahwa penembak jitu Israel telah menebak suaminya, dan darah melalir keluar dari belakang kepala Yazan.
Mohammed mengatakan kepada Shalabi untuk tetap tenang. Dia menyuruh Shalabi untuk mengetuk pintu rumah terdekat untuk meminta bantuan. Ponselnya ketika itu tetap menyala, sehingga Mohammed bisa mendengar ketukan dan jeritan perempuan itu.
Gadis itu mengatakan kepadanya bahwa dia melihat tentara mendekat, dan kemudian sambungan telepon terputus. Mohammed Shula pun kemudian menelepon layanan penyelamatan Bulan Sabit Merah Palestina.
"Kami tidak bisa keluar karena takut ditembak," kata Suleiman Zuheiri, 65 tahun, tetangga keluarga Shula yang membantu petugas medis mencari Shalabi dan suaminya.
Akhirnya mereka menemukan Bilal Shula dalam kondisi tidak terluka. Dia ditangkap dari tempat kejadian dan ditahan selama beberapa jam.
Baru setelah pukul 8:00 pagi, paramedis akhirnya menemukan pasangan muda itu. Ketika ditemukan, Yazan Shula dalam kondisi tidak sadarkan diri dan kritis. Hingga Selasa (11/2/2025), ia masih menggunakan alat bantu agar tetap hidup dan sudah berada di rumah sakit. Sedangkan Shalabi ditemukan meninggal dan janinnya juga tidak selamat dari penembakan itu.
Mohammed Shula tak habis pikir mengapa tentara Israel tega menembak menantunya yang tengah hamil.
“Mengapa mereka menembak? Anak dan menantu saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Mereka bisa saja menghentikan mereka, mengajukan pertanyaan, tetapi tidak, mereka hanya menembak,” katanya sambil terus berzikir dengan tasbih yang melingkar di jemarinya.
Baca Juga: Hamas Murka Trump Ingin Beli dan Kuasai Gaza, Sebut sebagai Bukti Ketidakpedulian terhadap Palestina
Pasukan keamanan Israel kemudian menyerbu kamp beberapa jam kemudian. Ledakan menggema di lorong-lorong. Buldoser lapis baja bergemuruh di jalan, menggerus trotoar dan merusak pipa air bawah tanah. Listrik pun padam dan keran mengering.
Sebelum Mohammed Shula dapat mencerna apa yang terjadi, pasukan Israel menggedor pintu depan rumahnya dan memerintahkan semua orang untuk meninggalkan rumah mereka.
Hingga kini militer Israel tidak menanggapi permintaan komentar tentang alasan mereka mengevakuasi paksa rumah-rumah warga sipil di Nur Shams. Mereka dipaksa segera meninggalkan rumah, hingga Mohammed Shula tidak sempat membawa apapun ketika meninggalkan rumahnya. Ia hanya sempat membawa sekantong popok bayi, tanpa sempat membawa pakaian atau pun foto kenang-kenangan.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.