Kompas TV internasional kompas dunia

Indonesia Gabung BRICS, Pengamat Ekonomi: Kesempatan Lepas dari Pasar AS dan Eropa

Kompas.tv - 7 Januari 2025, 17:25 WIB
indonesia-gabung-brics-pengamat-ekonomi-kesempatan-lepas-dari-pasar-as-dan-eropa
Kepala negara dan utusan pemerintah, termasuk Menteri Luar Negeri RI Sugiono (berpeci) berfoto bersama pada KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis, 24 Oktober 2024. (Sumber: BRICS 2024)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Ekonomi Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebut bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS membuka kesempatan untuk menanggalkan ketergantungan terhadap pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Keanggotaan di BRICS disebutnya dapat memperluas pasar komoditas Indonesia di luar negeri.

Nailul menyebut ekspor Indonesia selama ini masih bergantung pada pasar tradisional seperti AS dan Eropa. Negara-negara BRICS disebut dapat menjadi pasar baru yang menguntungkan Indonesia.

"Bergabung dengan BRICS, akan memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk bisa lepas dari pasar tradisional seperti AS dan Eropa. Eropa pun sebenarnya sudah mulai resek dengan kebijakan ekspor Indonesia di mana sering terlibat perselisihan dalam hal perdagangan global," kata Nailul di Jakarta, Selasa (7/1/2025).

Baca Juga: Kemlu: Keanggotaan Indonesia di BRICS Wujud Komitmen pada Tatanan Global yang Berkeadilan

Menurut Nailul, Eropa saat ini 'menjegal' perdagangan luar negeri Indonesia, khususnya untuk komoditas kelapa sawit. Kebijakan European Deforestation Regulation (EUDR) disebutnya membuat Indonesia perlu mencari pasar baru untuk produk kelapa sawit.

"Prabowo pun menunjukkan keberpihakannya kepada sawit lokal, saya rasa itu menjadi pertimbangan juga untuk mencari pasar alternatif," katanya.

Lebih lanjut, Nailul menilai proporsi ekonomi negara-negara BRICS di dunia meningkat cukup tajam sejak 1990. Pada 1990, proporsi ekonomi BRICS hanya 15,66 persen, naik menjadi 32 persen pada 2022.

Selain itu, anggota BRICS terus bertambah, khususnya setelah organisasi antarpemerintah tersebut menyepakati 13 negara mitra pada Oktober 2024 lalu.

"Negara Timur Tengah sudah mulai masuk ke koalisi BRICS, hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah untuk masuk ke pasar Timur Tengah. Jadi, sebenarnya keuntungan masuk BRICS cukup besar," kata Nailul dikutip Antara.

Kendati demikian, Nailul mengingatkan keanggotaan di BRICS dapat membuat Indonesia bentrok kepentingan dengan AS. Terlebih lagi, kebijakan ekonomi presiden terpilih AS, Donald Trump disinyalir akan memicu perang dagang dengan China saat menjabat.

"Ada potensi ekonomi global akan melambat dan ber-impact (berdampak, -red) pada negara koalisi. Memang saya rasa pilihan masuk ke BRICS lebih rasional ke depan walaupun juga ada risikonya dengan negara-negara OECD dan negara blok barat," katanya.

Baca Juga: Indonesia Resmi Gabung ke BRICS, Wakil Ketua Komisi I DPR Ingatkan Ini


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x