KHAN YOUNIS, KOMPAS.TV – Serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Kamis (2/1/2025) menewaskan sedikitnya 34 warga Palestina, termasuk 11 orang di kamp tenda pengungsi di Al Mawasi, Khan Younis.
Padahal, Israel sebelumnya menetapkan Al Mawasi sebagai area kemanusiaan.
Laporan kantor berita Palestina, Wafa, menyebutkan serangan di Al Mawasi juga melukai 15 orang lainnya.
Kamp tersebut menampung keluarga-keluarga yang terpaksa mengungsi akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober 2023.
Di antara korban tewas dalam serangan udara Israel ke kamp pengungsi Al Mawasi adalah Direktur Jenderal Kepolisian Gaza Mahmoud Salah, serta ajudannya, Hussam Shahwan.
Baca Juga: AS Habiskan Rp356 Triliun untuk Dukung Perang Brutal Israel di Gaza hingga Suriah
Stasiun televisi Al Aqsa yang dikelola Hamas, melaporkan Salah dan Shahwan menjadi sasaran langsung serangan tersebut.
Militer Israel mengonfirmasi serangan tersebut dan mengatakan Shahwan sebagai kepala intelijen keamanan internal Hamas di Gaza selatan.
Selain serangan di Khan Younis, dilansir The National, sejumlah serangan lainnya juga dilaporkan terjadi di berbagai wilayah Gaza.
Di Deir Al Balah, empat orang tewas akibat serangan udara. Serangan di kamp Al Maghazi juga menambah jumlah korban jiwa.
Sementara di Gaza utara, 12 orang dilaporkan tewas, termasuk 10 orang di Jabalia Al Balad. Di kamp Al Shati, Gaza barat, empat orang meninggal akibat serangan udara. Korban juga berjatuhan di wilayah timur kota Gaza.
Baca Juga: Hari Pertama di Tahun 2025, Serangan Israel Menewaskan 12 Orang di Gaza
Menurut pejabat kesehatan di Gaza, lebih dari 45.500 warga Palestina telah tewas sejak Israel menyerang pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi ke bagian lain wilayah tersebut, sementara infrastruktur hancur lebur.
Meski korban jiwa terus bertambah, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz, Rabu (1/1/2025), mengancam akan meningkatkan intensitas serangan ke Gaza jika Hamas tidak menghentikan peluncuran roket ke wilayah Israel.
Katz juga mendesak agar para tawanan Israel yang ditahan di Gaza, segera dibebaskan.
“Jika Hamas terus meluncurkan roket dan tidak segera membebaskan sandera, Gaza akan menghadapi serangan dengan intensitas yang belum pernah terlihat sebelumnya,” ujar Katz usai mengunjungi kota Netivot, yang baru-baru ini menjadi sasaran roket Hamas.
Namun, meskipun serangan roket Hamas diakui telah berkurang intensitasnya, perlawanan tersebut tetap menjadi tekanan politik bagi pemerintah Israel yang kini memasuki bulan ke-15 konflik.
Serangan Israel ke area yang mereka sendiri tetapkan sebagai zona kemanusiaan, menyoroti memburuknya krisis di Gaza.
Hilangnya aparat keamanan dari jalanan setelah menjadi sasaran Israel, juga mempersulit distribusi bantuan bagi warga yang membutuhkan.
Baca Juga: Bantuan Sulit Masuk, Warga Palestina yang Mengungsi di Gaza Tengah Kekurangan Pangan
Sumber : The National
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.