MAYOTTE, KOMPAS.TV — Badai Chido menerjang Mayotte, wilayah Prancis di Afrika, pada Sabtu (14/12/2024), menyebabkan kehancuran masif, dan ratusan hingga ribuan orang dikhawatirkan tewas.
Pemerintah Prancis pun mengirimkan bantuan darurat untuk menanggulangi dampak bencana terburuk di Mayotte dalam hampir seabad terakhir.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan akan menetapkan masa berkabung nasional untuk mengenang para korban. Macron juga berencana mengunjungi Mayotte dalam beberapa hari ke depan.
“Tragedi ini mengguncang kita semua,” ujar Macron dikutip dari The Associated Press.
Badai Chido, dengan kecepatan angin lebih dari 220 km/jam, menghancurkan bangunan di seluruh Mayotte.
Di Mamoudzou, ibu kota Mayotte, rumah, sekolah, rumah sakit, hingga kantor-kantor porak-poranda.
Fahar Abdoulhamidi, seorang warga setempat, menggambarkan kondisi setelah bencana sebagai “kekacauan total”.
“Mayotte benar-benar hancur,” kata Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Retailleau. Ia menambahkan, 70 persen penduduk terdampak parah akibat siklon ini.
Baca Juga: Kronologi Dua Wisatawan asal Prancis dan Korea Selatan Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Ubud
Pasokan listrik padam di seluruh wilayah kecuali ibu kota. Telekomunikasi lumpuh akibat antena pemancar yang rusak.
Kekurangan air bersih menjadi masalah serius, memicu kekhawatiran akan meningkatnya kelaparan, terutama di kalangan anak-anak dan bayi.
“Tidak ada air, tidak ada listrik, dan kelaparan mulai meluas. Sangat mendesak agar bantuan segera tiba, terutama saat Anda melihat anak-anak, bayi, yang tidak memiliki bantuan konkret untuk diberikan,” ujar Senator Mayotte Salama Rami.
Kementerian Kesehatan Prancis mencatat, hingga Senin (16/12), 21 korban meninggal di rumah sakit, dan 45 orang lainnya dalam kondisi kritis.
Namun, Menteri Kesehatan Geneviève Darrieussecq memperingatkan bahwa jumlah korban kemungkinan jauh lebih besar.
Tradisi Muslim untuk menguburkan jenazah dalam waktu 24 jam menjadi salah satu faktor yang menyulitkan pencatatan jumlah korban.
Pejabat polisi Mayotte, François-Xavier Bieuville menyebut jumlah korban kemungkinan mencapai ratusan atau bahkan ribuan.
Pemerintah Prancis telah mengirimkan tim penyelamat dan suplai bantuan dari Prancis dan Pulau Réunion. Setiap harinya, 20 ton air dan makanan diterbangkan ke Mayotte.
Baca Juga: Pemerintahan Prancis Kolaps, Macron Didesak Lengser dari Kursi Presiden
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.