Kompas TV internasional kompas dunia

Pendidikan Kesehatan untuk Perempuan Afghanistan Dihentikan, Uni Eropa Kecam Taliban

Kompas.tv - 4 Desember 2024, 21:51 WIB
pendidikan-kesehatan-untuk-perempuan-afghanistan-dihentikan-uni-eropa-kecam-taliban
Ruang kelas anak perempuan Afghanistan yang berada di luar ruangan di kota Torkham, Afghanistan, Sabtu, 18 November 2023. (Sumber: Foto arsip AP/Ebrahim Noroozi)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Deni Muliya

Seorang juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, PBB di Afghanistan sedang berupaya memverifikasi klaim tersebut dengan pejabat terkait.

"Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang keberlanjutan dan daya tarik pendidikan formal bagi tenaga kesehatan perempuan," kata juru bicara WHO Margaret Harris. 

"Langkah-langkah tersebut dapat memiliki implikasi yang luas bagi ketersediaan tenaga kesehatan perempuan yang berkualifikasi di masa mendatang dan keberlangsungan pemberian layanan kesehatan di negara tersebut," tambahnya.

Peringatan yang lebih keras datang dari seorang pejabat kesehatan senior di Afghanistan.

Ia tidak menyebutkan namanya karena takut akan pembalasan dari Taliban.

Ia mengatakan, Afghanistan akan menghadapi tantangan besar di luar kendali pemerintah jika penangguhan tersebut menjadi permanen.

“Jika perempuan tidak dilatih sebagai tenaga kesehatan, angka kematian ibu dan anak akan meningkat di daerah terpencil," katanya. 

"Tidak akan ada cukup staf untuk memberikan layanan kepada pasien perempuan. LSM yang memberikan layanan di provinsi dan distrik terpencil masih menghadapi kekurangan dokter, bidan, perawat, dan staf perempuan lainnya,” tambahnya.

Baca Juga: Taliban Pakistan Bantah Terlibat Serangan Konvoi Diplomat Asing Termasuk Indonesia

Seorang mahasiswa kebidanan berusia 22 tahun mengetahui pada hari Rabu bahwa lembaga tersebut menghentikan kelas untuknya dan teman-temannya.

Sebelumnya dia telah berhenti dari sekolah hukum setelah Taliban menghentikan universitas untuk perempuan dan mengungkapkan keterkejutan dan ketidakpercayaannya pada keputusan terbaru tersebut.

“Setelah satu jam, ketika saya sedikit tenang, saya banyak menangis karena kami memiliki satu cara (untuk belajar) dan itu juga ditutup,” katanya. 

“Ini situasi yang sulit bagi orang yang memiliki begitu banyak mimpi di bidang pendidikan. Namun, dalam sedetik, semua mimpi itu hancur. Ini adalah kedua kalinya saya menghadapi situasi seperti itu,” ujarnya.




Sumber : The Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x