JAKARTA, KOMPAS.TV – Electoral College menjadi penentu utama siapa yang akan menduduki kursi presiden Amerika Serikat (AS) selama empat tahun ke depan.
Sistem ini, yang membagi kekuasaan antara negara bagian dan pemerintahan pusat, sering kali membingungkan bahkan bagi mereka yang mendalami politik Amerika.
Electoral College adalah sistem yang unik dan hanya diterapkan di pemilu AS.
“Tidak ada negara lain yang menggunakan sistem elektoral seperti negara kita,” ungkap Alex Keyssar, profesor sejarah dari Universitas Harvard di Massachusetts, dikutip dari laman American Gov.
Keyssar menjelaskan, Electoral College adalah kompromi yang diambil para perancang Konstitusi AS agar setiap negara bagian tetap memiliki peran signifikan dalam memilih presiden.
Pada masa itu, warga negara lebih mengidentifikasi diri dengan negara bagian masing-masing, yang memiliki otoritas besar melalui Articles of Confederation, pendahulu Konstitusi.
Pemilu presiden AS pada dasarnya adalah serangkaian pemilu di tingkat negara bagian.
Baca Juga: Serba-serbi Pilpres AS: Siapa yang Berhak Memilih, Proses hingga Pengumuman Hasil dan Pelantikan
Dalam sistem ini, ketika warga memberikan suaranya, mereka tidak langsung memilih presiden, tetapi memilih “elektor” yang nantinya akan memberikan suara untuk kandidat presiden.
Setiap negara bagian memiliki jumlah elektor yang setara dengan jumlah anggota Kongres mereka, yang terdiri dari dua senator dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang jumlahnya disesuaikan dengan populasi masing-masing negara bagian.
California, misalnya, sebagai negara bagian dengan jumlah penduduk terbesar, memiliki 54 suara elektoral, yang terdiri dari dua suara senator dan 52 suara perwakilan DPR.
Sementara itu, negara bagian dengan jumlah penduduk terkecil seperti Distrik Columbia masing-masing memiliki tiga suara elektoral.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.