Sementara itu, dari Tel Aviv, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan, Israel belum menerima proposal pertukaran tahanan secara resmi.
“Jika proposal seperti itu diajukan, Perdana Menteri akan langsung menyetujuinya,” kata pernyataan resmi tersebut.
Hamas masih belum memberikan tanggapan formal terkait rencana ini.
Namun, berdasarkan diskusi antara pejabat Mesir dan Hamas di Kairo pekan lalu, tampaknya Hamas belum berniat melonggarkan persyaratannya.
Baca Juga: Mandat Penangkapan Netanyahu Mandek 5 Bulan di ICC, Diduga Dihambat Operasi Intelijen Israel
Mereka masih menuntut penarikan penuh Israel dari Gaza, gencatan senjata permanen, dan pengembalian pengungsi secara bebas tanpa syarat.
Di sisi lain, Israel menegaskan bahwa tujuan utama operasinya adalah menghancurkan Hamas dan memastikan tidak terjadi lagi serangan serupa dengan insiden pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan korban 1.200 jiwa di wilayah Israel selatan dan memicu perang yang kini telah menelan korban setidaknya 43.000 warga Palestina.
Israel juga menolak memberikan peran keamanan atau pemerintahan kepada Otoritas Palestina di Gaza, yang menjadi salah satu kendala utama dalam mediasi.
Dalam pembicaraan di Doha, Direktur CIA AS William Burns, Kepala Mossad David Barnea, dan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bertemu untuk mencari jalan keluar dari konflik Gaza.
Meski demikian, Kepala Intelijen Mesir yang baru, Hassan Mahmoud Rashad, tidak hadir dalam pertemuan ini, dengan alasan tidak dijelaskan secara rinci.
Qatar yang berperan sebagai mediator utama bersama AS menyatakan komitmennya untuk terus bekerja hingga “detik terakhir” sebelum pemilihan presiden AS.
“Kami tidak melihat hasil pemilu sebagai faktor yang akan mengganggu proses mediasi ini. Kami yakin institusi AS memiliki komitmen kuat untuk menemukan solusi atas krisis ini,” ujar perwakilan Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, dalam konferensi pers di Doha pada Selasa.
Konflik yang berkepanjangan di Gaza tidak hanya menyebabkan korban jiwa, tetapi juga menimbulkan krisis kemanusiaan yang mendalam.
Sebagian besar dari 2,3 juta warga Gaza terpaksa mengungsi beberapa kali, mencari tempat aman dari gempuran yang terjadi terus-menerus.
Baca Juga: Dunia Kecam Langkah Tel Aviv Larang UNRWA, Otoritas Palestina: Israel Sudah Jadi Negara Fasis
Sumber : The National
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.