WASHINGTON, KOMPAS TV — Sejumlah tokoh Muslim terkemuka menyatakan dukungan mereka untuk Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat pada 5 November mendatang.
Dukungan itu diumumkan dalam sebuah acara kampanye di Novi, pinggiran kota Detroit, negara bagian Michigan.
Para pemimpin ini mengungkapkan, komitmen Trump untuk menghentikan konflik global sebagai alasan utama dukungan mereka, seperti dilaporkan Anadolu, Minggu (27/10/2024).
"Kami sebagai Muslim berdiri bersama Presiden Trump karena ia menjanjikan perdamaian, bukan perang," kata Imam Belal Alzuhairi di hadapan massa.
“Kami mendukung Trump karena ia berjanji untuk menghentikan perang di Timur Tengah dan Ukraina. Pertumpahan darah harus dihentikan di seluruh dunia, dan saya yakin dia bisa mewujudkannya.” ujar Imam Belal Alzuhairi.
Trump menegaskan, para pemilih Muslim dan Arab di Michigan serta di seluruh AS menginginkan “akhir dari perang tanpa henti dan kembalinya perdamaian di Timur Tengah.”
“Itu saja yang mereka inginkan,” kata Trump.
Ia juga menyindir Wakil Presiden Kamala Harris, yang bekerja sama dengan Liz Cheney, mantan anggota DPR dari Wyoming.
Cheney dan ayahnya, Dick Cheney, dikenal sebagai arsitek utama invasi AS ke Irak pada 2001 dan berbagai perang berikutnya.
Cheney dan ayahnya kini secara terbuka mendukung Harris sebagai kandidat presiden.
Baca Juga: Khawatir Donald Trump Jadi Presiden, Bill Gates Donasikan Rp 780 Miliar untuk Kampanye Kamala Harris
Kontroversi Kebijakan Gaza dan Dampaknya pada Pemilih Muslim
Mengenai serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, Trump menyatakan akan mengizinkan Israel “menyelesaikan masalah” dalam pertempurannya melawan Hamas, menandakan dukungan terhadap langkah militer Israel.
Komunitas Muslim di Michigan, yang secara tradisional mendukung Partai Demokrat, mulai berpaling dari pemerintahan Joe Biden.
Mereka kecewa dengan dukungan tak bersyarat Biden terhadap Israel, meski jumlah korban sipil di Gaza terus meningkat.
Pada Februari lalu, lebih dari 100.000 pemilih Demokrat di Michigan memilih opsi "uncommitted" dalam pemilu primer.
Hal ini sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Biden terkait Gaza.
Ketegangan semakin meningkat ketika Partai Demokrat menolak permintaan kelompok tersebut untuk menghadirkan pembicara Palestina-Amerika di Konvensi Nasional Demokrat (DNC) di Chicago pada Agustus lalu.
Kekecewaan Komunitas Muslim terhadap Kamala Harris
Ketegangan memuncak setelah Dr. Ahmed Ghanim, mantan kandidat kongres dari Michigan, dilaporkan dikeluarkan tanpa alasan dari acara khusus yang digelar Harris di pinggiran Detroit.
“Kampanye kami menyesali insiden ini dan dampaknya terhadap Dr. Ghanim dan komunitasnya. Ia diundang untuk menghadiri acara-acara kami di masa mendatang,” ujar perwakilan kampanye Harris dalam sebuah pernyataan.
Michigan memiliki sekitar 300.000 penduduk keturunan Timur Tengah dan Afrika Utara, atau sekitar 3,1% dari total populasi negara bagian tersebut.
Dukungan komunitas ini dipandang krusial dalam pemilu. Pada pemilu 2020, Biden mengalahkan Trump di Michigan dengan selisih lebih dari 150.000 suara.
Hal ini berbeda dengan 2016 ketika Trump unggul tipis dengan selisih kurang dari 11.000 suara atas Hillary Clinton.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.