Pada 15 September, Kementerian Perdagangan China memberlakukan pembatasan ekspor antimon, bahan penting untuk semikonduktor, bahan peledak militer, dan persenjataan lainnya.
Di tahun 2023, kontrol ekspor juga diterapkan pada galium dan germanium, dua elemen yang sangat dibutuhkan dalam pembuatan chip.
Bagi AS, langkah-langkah ini menambah tekanan dalam persaingan dominasi teknologi dengan China.
Dalam persaingan untuk mendominasi industri teknologi canggih, termasuk semikonduktor untuk kecerdasan buatan, kedua negara memberlakukan kontrol ekspor terhadap komponen utama yang mereka produksi, sembari berusaha mengembangkan rantai pasokan yang lebih mandiri bersama sekutu terpercaya.
Namun, di sisi China, tindakan ini dianggap sebagai upaya untuk melindungi sumber daya alam yang semakin menipis, serta menjaga keamanan nasional.
Menurut Kementerian Perdagangan China, pembatasan ini juga dimaksudkan untuk mengurangi risiko penyebaran senjata yang memanfaatkan mineral langka.
Baca Juga: China Larang Ekspor Teknologi Logam Tanah Jarang, Ketegangan dengan Barat Meningkat
Permintaan Mineral Langka Meningkat Tajam
Mineral langka China banyak digunakan dalam beragam teknologi AS, mulai dari jet tempur F-35 hingga turbin angin, motor kendaraan listrik, lensa kamera, hingga konverter katalitik di kendaraan bermesin bensin.
Badan Energi Internasional IEA memperkirakan industri energi bersih seperti turbin angin dan kendaraan listrik akan membutuhkan tujuh kali lipat lebih banyak mineral langka pada tahun 2040 dibandingkan tahun 2020.
Dalam dunia yang semakin berfokus pada energi bersih dan teknologi canggih, China tampaknya berhasil menciptakan posisi dominan yang sulit digeser di sektor mineral langka ini, menempatkannya di pusat dari perdebatan global antara kebutuhan sumber daya dan ketahanan teknologi.
Sumber : The New York Times / Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.