Zelenskyy dijadwalkan memaparkan lebih rinci rencananya di hadapan para pemimpin Uni Eropa, yang sebagian besar juga anggota NATO, pada Kamis (17/10).
Saat memaparkan rencananya pada Rabu lalu, Zelenskyy mengatakan bahwa undangan resmi ke NATO akan menjadi "bukti nyata" bahwa sekutu-sekutu mereka benar-benar berkomitmen mendukung Ukraina.
"Undangan tersebut adalah keputusan tegas yang hanya memerlukan keberanian," tegasnya.
Keanggotaan Ukraina di NATO sudah menjadi perdebatan selama 16 tahun. Pada pertemuan puncak NATO di Washington, Juli lalu, 32 negara anggota menyatakan bahwa Ukraina berada di jalur yang "tak terelakkan" menuju keanggotaan.
Baca Juga: Zelenskyy Paparkan Rencana Kemenangan atas Rusia, Tawarkan Kekayaan Alam Ukraina kepada AS dan Barat
Namun bagi mereka yang belum paham, tampaknya tidak ada banyak kemajuan sejak NATO berjanji pada tahun 2008 bahwa Ukraina dan Georgia "akan menjadi anggota NATO suatu hari nanti."
Untuk saat ini, NATO tampaknya menunggu Amerika Serikat, anggota paling kuat NATO, yang tengah menghadapi pemilihan presiden. Para sekutu di Eropa memperkirakan tidak akan ada perubahan signifikan terkait Ukraina hingga presiden baru AS dilantik pada Januari mendatang.
Lebih dari itu, Amerika Serikat dan Jerman, negara-negara besar di NATO, masih khawatir terseret ke dalam konflik yang lebih luas dengan Rusia yang memiliki senjata nuklir. Mereka memimpin kelompok negara-negara yang menolak keanggotaan Ukraina sampai perang dengan Rusia berakhir.
Selain itu, para diplomat NATO menegaskan, sebelum Ukraina bisa bergabung, batas-batas wilayahnya harus dipastikan jelas, agar tidak ada kesalahpahaman terkait penerapan Pasal 5 NATO.
Saat ini, sekitar 20% wilayah Ukraina dikuasai oleh pasukan Rusia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.