SEOUL, KOMPAS.TV - Warga Korea Selatan menyambut gembira setelah mengetahui penulis Han Kang memenangi Hadiah Nobel untuk sastra, Kamis (10/10/2024).
Momen tak terduga ini memicu kebanggaan nasional tentang pengaruh budaya Korea Selatan di dunia.
Han merupakan penulis pertama Korea Selatan yang memenangi Nobel Sastra. Ia dikenal karena kisah-kisah eksperimentalnya, sering kali ‘mengganggu’ pembaca karena kerap mengeksplorasi trauma dan kekerasan manusia.
Selain itu, dia tak ragu menampilkan momen-momen brutal dalam sejarah modern Korea Selatan.
Kemenangan Han menambah deretan panjang pengaruh budaya Korea Selatan yang mendunia.
Dalam beberapa tahun terakhir, budaya Korea Selatan kerap mendapat pengakuan dunia. Misalnya, film “Parasite” yang memenangi Oscar, drama Netflix “Squid Game” yang meledak di pasaran, serta grup K-pop, BTS dan BLACKPINK, yang digemari di seluruh dunia.
"Saya sangat terkejut dan merasa terhormat," kata Han, 53 tahun, dalam sebuah wawancara telepon yang diunggah di akun X Hadiah Nobel.
Saat berita itu menyebar di Korea Selatan, beberapa toko buku daring tutup sementara karena lonjakan pengunjung yang datang tiba-tiba.
Media sosial Korea Selatan dibanjiri pesan gembira yang mengungkapkan kekaguman dan kebanggaan.
Baca Juga: David Baker, Demis Hassabis, dan John Jumper Menangkan Nobel Kimia atas Penemuan tentang Protein
Beberapa pengguna internet menggambarkan Han yang merupakan wanita Asia pertama yang memenang penghargaan tersebut, sebagai momen yang bermakna.
Penghargaan yang diterima Han merupakan suatu pernyataan di dunia sastra Korea Selatan yang secara tradisional didominasi laki-laki.
Di parlemen Korea Selatan, beberapa sidang pemerintah dihentikan sementara saat anggota parlemen bersorak dan bertepuk tangan atas penghargaan yang diterima Han.
Saat mengunjungi Laos untuk menghadiri KTT ASEAN, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengeluarkan pernyataan, dan memberi selamat kepada Han atas penghargaannya.
Ia menyebut penghargaan tersebut sebagai pencapaian besar dalam sejarah sastra Korea dan momen istimewa bagi bangsanya.
"Anda mengubah luka menyakitkan dari sejarah modern kita menjadi sastra yang hebat," tulis Yoon.
"Saya menyampaikan rasa hormat saya kepada Anda karena telah mengangkat nilai sastra Korea," katanya, seperti dikutip dari The Associated Press.
Han adalah putri dari novelis terkenal Korea Selatan, Han Seung-won. Dia memulai debut penerbitannya sebagai penyair pada tahun 1993.
Ia memenangi Penghargaan Booker Internasional pada 2016 untuk novel "The Vegetarian," yang menceritakan keputusan seorang wanita untuk berhenti makan daging.
Keputusannya itu membawa konsekuensi yang menghancurkan dan menimbulkan kekhawatiran di antara anggota keluarganya bahwa dia mengalami penyakit mental. Buku tersebut terjual lebih dari 100.000 eksemplar di Amerika Serikat.
Salah satu novel terkenal Han lainnya adalah "Human Acts," yang berlatar tahun 1980 di kota kelahirannya, Gwangju. Ceritanya mengenai seorang anak laki-laki yang mencari mayat temannya yang terbunuh dalam penindasan yang kejam terhadap protes mahasiswa.
Pemerintahan militer Korea Selatan saat itu mengirim pasukan ke Gwangju untuk menangani pengunjuk rasa pro-demokrasi. Sekitar 200 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam peristiwa tersebut.
“Keputusan itu datang terlalu tiba-tiba. Saya juga bisa menggambarkannya sebagai perasaan bingung,” kata Han Seung-won, ayah Han, kepada wartawan pada Jumat (11/10/2024), tentang momen saat ia mendengar berita bahwa putrinya memenangi Hadiah Nobel.
Baca Juga: Pengarang Asal Korea Selatan Han Kang Dianugerahi Nobel Sastra 2024
Ia memuji tulisan putrinya, yang ia gambarkan sebagai puitis dan menunjukkan “realisme fantastis” yang unik.
Dia juga memuji penerjemah Inggris Deborah Smith, yang menerjemahkan “The Vegetarian” dan “The White Book.”
“Penerjemahnya entah bagaimana berhasil menyampaikan kalimat-kalimat Han Kang, menghidupkan prosa yang halus dan indah beserta kepekaan melankolisnya," katanya.
Penghargaan Han Kang menimbulkan kegembiraan di kalangan penulis dan kritikus Korea Selatan, yang dalam komentarnya kepada media lokal menyatakan harapan bahwa penghargaan itu akan membawa lebih banyak perhatian global terhadap sastra Korea Selatan.
“Namun masih harus dilihat apakah cerita-cerita Han akan menjadi sangat populer di kalangan pembaca biasa di seluruh dunia,” kata Bruder Anthony dari Taize, seorang sarjana kelahiran Inggris dan penerjemah sastra Korea yang produktif.
“Buku-bukunya tidak selalu mudah dibaca,” katanya, menggambarkan bagaimana novel-novel Han sering kali merupakan cerita rumit tentang kegagalan komunikasi, kesalahpahaman, orang-orang yang tidak bahagia dan hubungan yang bermasalah serta rasa sakit.
Sumber : Kompas TV, The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.