JALUR GAZA, KOMPAS.TV — Israel kembali melakukan operasi besar-besaran di Gaza hingga menewaskan dan melukai puluhan orang. Selain itu, tiga rumah sakit terancam akan ditutup, Rabu (9/10/2024).
Pertempuran tersebut berlangsung di Jabaliya, tempat pasukan Israel melakukan beberapa operasi besar selama perang. Seluruh wilayah utara, termasuk Kota Gaza, telah mengalami kerusakan parah dan sebagian besar telah diisolasi oleh pasukan Israel sejak akhir tahun lalu.
Jabaliya merupakan kamp pengungsi yang dibangun sejak perang 1948 saat Israel berdiri. Serangan udara besar-besaran dan peringatan evakuasi telah membuat ratusan orang meninggalkan rumah mereka, sehingga harus mengungsi ke Jabaliya. Serangan udara Rabu dini hari menewaskan sedikitnya sembilan orang, termasuk dua perempuan dan dua anak, menurut Rumah Sakit Al-Ahly, yang menerima jenazah.
Selain itu, menurut Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, serangan di Gaza tengah menewaskan sembilan orang lainnya, termasuk tiga anak-anak.
Baca Juga: Netanyahu Peringatkan Lebanon: Kalian Bisa Bernasib seperti Gaza
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa jumlah korban tewas Palestina secara keseluruhan di Gaza sejak dimulainya perang telah melampaui 42.000 jiwa, dan lebih dari 97.000 lainnya terluka.
Warga Jabaliya mengatakan ribuan orang telah terperangkap di rumah mereka sejak operasi dimulai pada Minggu, saat jet dan pesawat nirawak Israel terbang di atas kepala dan pasukan bertempur melawan milisi di jalan-jalan.
“Ini seperti neraka. Kami tidak bisa keluar,” kata Mohamed Awda, yang tinggal di Jabaliya bersama orang tua dan enam saudara kandungnya. Ia mengatakan ada tiga mayat di jalan di luar rumahnya yang tidak dapat diambil karena terus terjadi pertempuran.
“Quadcopter ada di mana-mana, dan mereka menembaki siapa saja. Anda bahkan tidak dapat membuka jendela,” katanya seperti dikutip dari The Associated Press.
Ia dan penduduk lainnya khawatir tujuan Israel adalah untuk melakukan genosida atau pembantaian penduduk dan mengubah wilayah mereka menjadi zona militer tertutup atau permukiman Yahudi. Israel telah memblokir semua jalan kecuali jalan raya utama yang mengarah dari Jabaliya ke selatan.
“Kami khawatir akan dipindahkan ke selatan,” kata Ahmed Qamar, yang tinggal di Jabaliya bersama istri, anak-anak, dan orang tuanya, dalam sebuah pesan teks kepada The Associated Press.
"Orang-orang di sini mengatakan dengan jelas bahwa mereka akan mati di sini, di Gaza utara, dan tidak mau pergi ke Gaza selatan,” tambahnya.
Fadel Naeem, Direktur Rumah Sakit Al-Ahly di Kota Gaza, mengatakan pihaknya telah menerima puluhan korban tewas dan luka dari seluruh wilayah utara daerah kantong Palestina sejak Israel melancarkan operasi udara dan darat.
Serangan Israel telah menghancurkan sektor kesehatan Gaza, memaksa sebagian besar rumah sakitnya tutup dan hanya menyisakan sebagian rumah sakit yang berfungsi.
"Situasinya menegangkan," kata Naeem kepada The Associated Press melalui pesan teks. "Kami mengumumkan keadaan darurat, menunda operasi yang dijadwalkan, dan memulangkan pasien yang kondisinya stabil," tambahnya.
Ia mengatakan tiga rumah sakit di utara — Kamal Adwan, Awda, dan Rumah Sakit Indonesia — hampir tidak dapat diakses karena pertempuran. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tentara Israel telah memerintahkan ketiga rumah sakit tersebut untuk mengevakuasi staf dan pasien.
Sementara itu, tidak ada bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah utara sejak 1 Oktober, menurut data PBB.
Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang rumah sakit tersebut atau penangguhan pengiriman bantuan di wilayah utara.
Baca Juga: Israel Serang Lebanon hingga Peringatan Setahun Invasi Israel ke Gaza yang Tewaskan 41 Ribu Orang
Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, mengatakan pasukan Israel beroperasi di Jabaliya untuk mencegah agar Hamas tidak berkumpul kembali. Ia mengeklaim pasukannya telah menewaskan sekitar 100 milisi, namun tanpa memberikan bukti.
Israel memerintahkan evakuasi besar-besaran di wilayah utara Gaza, termasuk Kota Gaza, pada minggu-minggu awal perang, tetapi ratusan ribu orang diyakini masih berada di sana. Israel mengulangi instruksi tersebut selama akhir pekan, memberi tahu orang-orang untuk melarikan diri ke selatan ke zona kemanusiaan yang diperluas di mana ratusan ribu orang telah berdesakan di kamp-kamp tenda yang kumuh.
Perang dimulai lebih dari setahun yang lalu, ketika Hamas menyerbu ke Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 orang. Mereka masih menyandera sekitar 100 orang, sepertiganya diyakini telah tewas.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.