Konsumsi daging anjing adalah tradisi yang sudah berlangsung selama berabad-abad di Semenanjung Korea.
Selain Korea Selatan, daging anjing juga dikonsumsi di China, Vietnam, Indonesia, dan beberapa negara Afrika.
Namun, industri daging anjing di Korea Selatan mendapat perhatian khusus karena negara ini dikenal sebagai kekuatan budaya dan ekonomi di dunia. Korea Selatan juga menjadi satu-satunya negara yang memiliki peternakan anjing skala industri.
Baca Juga: Dermaster Luncurkan Inovasi Bedah Plastik yang Gabungkan Keahlian Lokal dan Korea Selatan
Kampanye anti-daging anjing di Korea Selatan mendapat dorongan besar dari Ibu Negara Kim Keon Hee yang secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap larangan tersebut.
Meski begitu, ia juga menjadi sasaran kritik tajam dan penghinaan dari para peternak dalam berbagai demonstrasi.
Survei terbaru menunjukkan bahwa sekitar sepertiga warga Korea Selatan menentang larangan ini, meski mayoritas masyarakat kini tidak lagi mengonsumsi daging anjing.
Wakil Menteri Pertanian, Park Beomsu, mengungkapkan bahwa berdasarkan studi pemerintah, saat ini terdapat sekitar 466.000 anjing yang dibesarkan untuk konsumsi di Korea Selatan.
Pemerintah akan berupaya membujuk peternak agar menghentikan pembiakan anjing sebelum larangan mulai berlaku.
Setelah larangan diterapkan, pemerintah berencana untuk memfasilitasi adopsi bagi anjing-anjing yang tersisa, atau memindahkan mereka ke fasilitas perawatan daripada melakukan euthanasia.
Selain peternak, para pemotong hewan dan pedagang daging anjing juga akan menerima kompensasi.
Pemerintah daerah akan bertanggung jawab untuk membongkar peternakan dan rumah pemotongan anjing. Mereka yang terdampak akan diberikan pinjaman bunga rendah jika beralih ke usaha pertanian lain.
Tak hanya itu, pemerintah juga akan memberikan bantuan finansial kepada pedagang dan pemilik restoran yang menjual daging anjing agar mereka dapat menutup usahanya dan mencari pekerjaan baru.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Tolak Seruan Hidup Berdampingan dengan Rezim Kim Jong-Un
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.