Kecanggihan serangan itu menunjukkan bahwa pelaku telah mengumpulkan informasi intelijen sejak lama. Reese menyebut, serangan sekaliber itu membutuhkan akses ke pager-pager itu sebelum dijual, untuk mengembangkan teknologi yang akan ditempelkan ke gawai itu, hingga memastikan sumber-sumber yang bisa mengonfirmasi bahwa target-target yang disasar tengah membawa pager.
4. Pager Berfungsi Normal sebelum Serangan
Pager-pager yang digunakan oleh personel Hizbullah dan lalu meledak massal, dibeli lebih dari enam bulan lalu. Dan sebelumnya, pager-pager ini berfungsi dengan baik. Hal ini diungkapkan Elijah J Magnier, seorang analis risiko politik dan veteran yang berbasis di Brussel, berdasarkan pengakuan sejumlah personel Hizbullah.
“Pager-pager itu berfungsi dengan sempurna selama enam bulan,” ucap Magnier.
Yang memicu ledakan itu, imbuhnya, tampaknya berupa pesan yang dikirimkan ke seluruh perangkat pager yang digunakan personel Hizbullah.
Baca Juga: Hezbollah Dihantam Ledakan Massal Pager, Israel Diyakini Terlibat: 9 Tewas, Ribuan Terluka
5. Bahan Peledak Ditanam dalam Sirkuit Pager
Personel Hizbullah menyimpulkan, ada bahan peledak seberat 3-5 gram yang ditanam atau ditempelkan dalam sirkuit pager. Ini, kata Magnier, terungkap berkat pemeriksaan atas pager-pager yang tak meledak.
Dugaan adanya bahan peledak dalam pager juga diutarakan Carlos Perez, direktur perusahaan intelijen dan keamanan TrustedSec.
“Perangkat bahan peledak yang sangat kecil kemungkinan telah ditanam di dalam pager sebelum pager-pager itu dikirim ke Hizbullah, dan lalu dipicu dari jarak jauh secara bersamaan, kemungkinan dengan sebuah sinyal radio,” ujarnya.
Ia menambahkan, baterai pager kemungkinan setengahnya terdiri dari bahan peledak, dan setengahnya baterai sebenarnya.
New York Times melaporkan, bahan peledak seberat 1-2 ons ditanam dekat baterai pager. Sebuah saklar juga tertanam, yang dapat dipicu dari jarak jauh untuk meledakkan bahan peledak.
Pada Selasa (17/9) pukul 3.30 sore waktu Lebanon, pager-pager itu menerima sebuah pesan yang tampaknya berasal dari pucuk kepemimpinan Hizbullah. Namun, pesan 'palsu' itu ternyata justru mengaktifkan bahan peledak.
Sumber : Associated Press/New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.