Beberapa wilayah yang terendam banjir mulai mengalami penurunan air, namun daerah di Shan dan Kayah masih dalam keadaan kritis.
Lebih dari 160.000 rumah rusak dan 438 kamp penampungan darurat telah dibuka untuk lebih dari 160.000 korban banjir, menurut laporan Myanma Alinn. Pemerintah militer menyatakan bahwa hampir 240.000 orang telah mengungsi.
Myanma Alinn juga melaporkan kerusakan pada 117 kantor pemerintahan, 1.040 sekolah, 386 tempat ibadah, serta infrastruktur seperti jalan, jembatan, menara listrik, dan menara telekomunikasi di 56 kecamatan.
Sekitar 130.000 hewan ternak mati dan lebih dari 259.000 hektar lahan pertanian rusak akibat banjir.
Baca Juga: Korban Jiwa Akibat Topan Yagi di Vietnam Meningkat Menjadi 233 Orang
Badan kemanusiaan PBB mengatakan bahwa makanan, air bersih, obat-obatan, pakaian, perlengkapan dasar, dan tempat tinggal adalah kebutuhan mendesak bagi korban, tetapi upaya bantuan terhambat oleh jalan yang terblokir, jembatan yang rusak, dan bentrokan bersenjata yang terus berlangsung.
Jenderal Senior Soe Win, anggota kedua dewan militer Myanmar, menyatakan bahwa negara tersebut telah menerima bantuan dari negara lain, dan beberapa bantuan dari ASEAN akan segera tiba.
Soe Win, dalam rapat Komite Manajemen Bencana Nasional pada hari Senin, menyebutkan bahwa banjir di ibu kota belum pernah terjadi sebelumnya, dan upaya pembersihan serta rehabilitasi mulai dilakukan pada hari Kamis saat tingkat air menurun.
Myanmar sering mengalami cuaca ekstrem selama musim monsun. Pada tahun 2008, Siklon Nargis menewaskan lebih dari 138.000 orang di sekitar Delta Irrawaddy. Pemerintah militer saat itu mendapat kecaman karena menunda penerimaan bantuan internasional.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.