DILI, KOMPAS.TV - Sejumlah keluarga di kawasan Tasitolu, dekat Dili, ibu kota Timor-Leste, harus menghadapi kenyataan pahit menjelang kunjungan Paus Fransiskus pada September mendatang.
Sekitar 90 orang diminta oleh pemerintah untuk meninggalkan tempat tinggal mereka yang akan digunakan untuk misa sebelum sang Paus tiba.
Diperkirakan sekitar 700.000 orang akan menghadiri misa terbuka Paus Fransiskus di Tasitolu, di mana area seluas 23 hektar - setara dengan sekitar 40 lapangan sepak bola - sedang dipersiapkan.
Meski demikian, pemerintah membantah bahwa penggusuran ini terkait dengan persiapan kunjungan Paus, dan menegaskan bahwa para warga menempati lahan tersebut secara ilegal.
"Kami sangat sedih," kata Zerita Correia, seorang warga setempat, dikutip dari BBC News, Jumat (30/8/2024).
"Mereka bahkan merusak barang-barang kami di dalam rumah. Sekarang kami harus menyewa tempat tinggal di sekitar sini karena anak-anak saya masih bersekolah di daerah ini," tambahnya.
Pemerintah Timor-Leste menyatakan bahwa kawasan Tasitolu telah lama direncanakan untuk dikosongkan.
Menurut Germano Santa Brites Dias, Sekretaris Negara untuk Toponimi dan Organisasi Perkotaan, warga sudah diberitahu mengenai rencana ini sejak September 2023.
"Sudah waktunya negara mengambil kembali haknya," katanya. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah telah berusaha berbicara baik-baik dengan warga.
Namun, kompensasi yang diberikan kepada warga, yaitu antara 7.000 hingga 10.000 dolar AS atau sekitar Rp100 juta - Rp150 juta per keluarga, dianggap tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
"Jumlah itu tidak cukup bagi setiap rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya," kata Venancio Ximenes, juru bicara warga yang digusur.
"Fase penggusuran berikutnya akan terjadi setelah Paus Fransiskus pergi dan itu akan melibatkan lebih dari 1.300 keluarga," tambahnya.
Baca Juga: Paus Fransiskus, Pionir Era Baru Gereja Katolik
Sementara itu, kritik juga muncul terkait besarnya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menyambut Paus Fransiskus.
Sekitar 18 juta dolar AS atau hampir Rp280 miliar dianggarkan untuk kunjungan Paus selama tiga hari, termasuk 1 juta dolar AS atau Rp15 miliar untuk membangun altar baru.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di tengah situasi di mana menurut PBB hampir setengah dari populasi Timor-Leste masih hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
"Anggaran tahunan untuk meningkatkan produksi pangan di negara ini hanya sekitar 4,7 juta dolar AS," ungkap Mariano Fereira, peneliti di Timor-Leste Institute for Development Monitoring and Analysis, kepada UCA News.
"Pengeluaran sebesar ini sulit dipercaya dapat berdampak positif pada ketersediaan pangan," tambahnya.
Kunjungan Paus Fransiskus ini adalah yang pertama ke Timor-Leste sejak Paus Yohanes Paulus II berkunjung pada 1989, saat negara tersebut masih berada di bawah pendudukan Indonesia.
Saat itu, hanya sekitar 20 persen penduduk Timor-Leste yang beragama Katolik. Namun, angka ini kini melonjak hingga 97 persen, menjadikan agama Katolik sebagai identitas kuat negara ini.
Melansir Associated Press, antusiasme warga untuk menyambut Paus sangat besar. Namun, Paus Fransiskus diharapkan juga menanggapi skandal pelecehan seksual yang mencoreng nama Gereja di Timor-Leste.
Pada 2022, Vatikan mengakui bahwa Uskup Carlos Ximenes Belo, pemenang Nobel Perdamaian dan pahlawan kemerdekaan Timor-Leste, telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki.
Vatikan memberlakukan langkah-langkah disipliner terhadap Uskup Belo pada 2020, termasuk pembatasan gerakannya dan larangan kontak dengan anak di bawah umur.
Belum jelas apakah Paus Fransiskus akan menyampaikan permintaan maaf atas skandal tersebut atau bertemu dengan para korban selama kunjungannya. Demikian pula, belum diketahui apakah Uskup Belo akan tampil bersama Paus Fransiskus di Dili.
Baca Juga: Polri Siagakan 4.730 Personel untuk Amankan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
Sumber : BBC News/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.