Adapun Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai pelaku pembunuhan Haniyeh, tetapi Israel tidak berani mengakui atau memberi bantahan resmi.
Hamdan menegaskan masalah sebenarnya bukan pada Hamas, tetapi pada Israel, Benjamin Netanyahu, dan Amerika Serikat yang dianggap tidak tulus dalam upaya mediasi untuk mencapai gencatan senjata.
Selama beberapa bulan terakhir, AS, Qatar, dan Mesir telah mencoba memediasi antara Israel dan Hamas untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata, serta memastikan bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Jalur Gaza.
Namun, upaya ini terhambat karena Netanyahu menolak tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
"Proses negosiasi akan terus berlanjut," tegas Hamdan.
Hamas disebut tetap fleksibel dalam perundingan ini, dengan tujuan mencapai gencatan senjata, penarikan penuh Israel dari Gaza, mengakhiri blokade, membangun kembali wilayah tersebut, dan menukar tahanan.
Hamdan menambahkan Netanyahu tidak akan berhasil menghindar dari perundingan, dan Sinwar akan terus berpegang pada komitmen Hamas, "Sinwar punya fleksibilitas tinggi dalam mengelola urusan publik dan menjaga hak-hak rakyat Palestina," ujarnya.
Baca Juga: Hamas Umumkan Yahya Sinwar sebagai Pemimpin Baru, Dipandang Jadi Sinyal Perlawanan Habis-habisan
Sinwar masuk dalam daftar target Israel yang menuduhnya sebagai otak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memicu serangan militer besar-besaran Israel di Gaza. Sejauh ini, serangan Israel telah membunuh hampir 40.000 orang di Gaza.
"Jika pembunuhan Haniyeh adalah upaya Netanyahu untuk mengubah arah perundingan, dia sedang berkhayal. Dasar perundingan sudah ditetapkan dan tim yang bekerja di bawah Haniyeh akan terus melanjutkan dengan Sinwar yang terlibat dalam setiap detail perundingan," tandas Hamdan.
Sumber : Antara, Kemlu RI, Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.