DHAKA, KOMPAS.TV - Ketegangan di Bangladesh terus meningkat, dengan jumlah korban jiwa yang terus bertambah akibat bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.
Setidaknya 91 orang dilaporkan tewas, termasuk 14 polisi, dalam rangkaian aksi protes yang berlangsung di Dhaka dan kota-kota lain di seluruh negeri, demikian dilaporkan oleh media Bangladesh pada Minggu.
Aksi protes yang awalnya dimulai sebagai reaksi terhadap sistem kuota pemerintah Bangladesh untuk pekerjaan publik semakin memanas setelah terjadi bentrokan di Universitas Dhaka.
Para demonstran menuntut dihapusnya sistem kuota yang mengalokasikan 30 persen posisi pemerintah untuk keluarga veteran perang 1971.
Mereka menganggap sistem ini tidak adil dan penuh dengan diskriminasi serta memberikan keuntungan bagi pendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang partainya memimpin gerakan kemerdekaan negara tersebut.
Dari 14 polisi yang tewas, 13 di antaranya dibunuh dalam sebuah serangan di kantor polisi di kota Sirajganj, yang berjarak sekitar 110 kilometer dari Dhaka.
Para penyerang yang tidak dikenal mendadak menyerbu kantor polisi tersebut, menyebabkan korban jiwa dari pihak kepolisian.
Baca Juga: Fakta-Fakta Kerusuhan Bangladesh yang Tewaskan 100 Orang, Berawal dari Protes Kuota CPNS
Pemerintah Bangladesh segera mengambil langkah-langkah darurat dengan memberlakukan jam malam di Dhaka dan kota-kota lainnya sejak pukul 18.00 waktu setempat (19.00 WIB) hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Selain itu, Senin, Selasa, dan Rabu pekan depan juga dinyatakan sebagai hari libur nasional untuk meredakan situasi yang semakin memanas.
Sejumlah media lokal melaporkan bahwa di beberapa tempat di mana aksi protes berlangsung, para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengunduran diri pemerintah.
Situasi semakin tegang dengan adanya instruksi dari regulator pemerintah yang memerintahkan operator seluler untuk mematikan layanan internet seluler dan aplikasi.
Sebelumnya, pada 19 Juli, pemerintah Bangladesh juga sempat memberlakukan jam malam nasional dalam upaya meredakan kekerasan yang telah merenggut lebih dari 100 nyawa dan menyebabkan setidaknya 300 polisi terluka.
Dampak dari situasi ini sangat besar. Presiden Kamar Dagang dan Industri Investor Asing (FICCI) Zaved Akhtar melaporkan ekonomi Bangladesh kehilangan sekitar 10 miliar dolar AS (sekitar Rp161,75 triliun) akibat aksi protes mahasiswa, jam malam, dan pemutusan jalur komunikasi.
Sumber : Anadolu / Sputnik
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.