JAKARTA, KOMPAS.TV - Pembunuhan terhadap pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dinilai justru akan semakin memperkuat organisasi perlawanan Palestina terhadap penjajahan Israel tersebut.
Haniyeh dibunuh dalam serangan udara di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024) dini hari waktu setempat.
Haniyeh (62 tahun) berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian, pada Selasa (30/7/2024), sebelum dibunuh.
Iran dan Hamas menyebut Israel berada di balik pembunuhan pemimpin politik Hamas itu. Namun, hingga berita ini ditulis, Israel belum mengeluarkan pernyataan terkait hal tersebut.
Menurut dosen hubungan internasional Universitas Paramadina, Jakarta, Mohammad Riza Widyarsa, pembunuhan Haniyeh tidak akan melemahkan perlawanan Hamas.
Baca Juga: Iran Ancam Pembalasan Keras ke Israel atas Pembunuhan Ismail Haniyeh, Netanyahu Malah Jemawa
“Itu malah akan semakin membangkitkan militansi pendukung Hamas di Palestina. Kalaupun Hamas pada akhirnya kalah dengan Israel, memori para pejuang Palestina yang dibunuh oleh Israel itu tidak akan terhapus dari benak warga Palestina. Tetap kok akan muncul kelompok Hamas-Hamas yang lain,” ungkapnya kepada Kompas.tv, Rabu malam.
Hal itu, sambungnya, terkait ideologi. Pembunuhan Haniyeh pun dinilai tidak akan menyurutkan keinginan rakyat Palestina untuk merdeka dari penjajahan Israel.
“Ini masalah ideologi. Warga Palestina mereka ingin merdeka, dengan membunuh para pemimpin Palestina itu malah akan menambah militansi warga Palestina untuk merdeka,” kata Riza.
"Sama keadaannya dengan waktu kita dijajah Belanda. Berapa banyak pahlawan kita yang dibunuh dan dibuang oleh Belanda, akhirnya tidak ngaruh kan? Kita tetap berjuang untuk merdeka."
Baca Juga: Daftar Pemimpin Palestina yang Tewas di Tangan Israel: dari Ahmad Yassin hingga Ismail Haniyeh
Meski Israel belum secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas serangan udara yang menewaskan Haniyeh, Riza meyakini Israellah yang membunuh pemimpin Hamas itu.
“Siapa lagi kalau bukan Israel? Kalaupun AS (Amerika Serikat) yang melakukan, tentu juga bekerja sama dengan Israel,” ucapnya.
Ia menilai yang memiliki motif untuk membunuh Haniyeh adalah Israel dan sekutunya, AS.
“Karena yang punya motif untuk melakukan ini ya hanya Israel dan AS. Dalam situasi sekarang, yang paling punya kepentingan untuk menghancurkan Hamas, ya Israel,” ujarnya.
Riza mengatakan Israel telah melakukan pembunuhan terhadap pejuang-pejuang Palestina sejak dekade 70-an.
Baca Juga: Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Pengamat: yang Punya Motif Hanya Israel dan AS
“Sudah banyak petinggi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) yang tewas karena pembunuhan oleh Israel di dekade 70-an dan 80-an,” ungkapnya.
Ia mengatakan, meskipun negara-negara Arab lainnya seperti Yordania, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab, juga tidak suka Hamas, tetapi membunuh Haniyeh adalah langkah yang terlalu jauh bagi mereka.
“Mereka tidak suka dengan Hamas, tapi untuk membunuh Haniyeh terlalu jauh itu. Karena Hamas oleh negara-negara Arab tersebut dianggap sebagai ancaman, namun tidak perlu sampai membunuh Haniyeh,” kata Riza.
Ia pun menduga motif Israel membunuh Haniyeh adalah untuk memperingatkan Hamas bahwa organisasi perlawanan itu berada dalam jangkauannya.
Baca Juga: Dampak Pembunuhan Ismail Haniyeh, Pengamat: Timteng Akan Memanas, tapi Barat Tidak Mau Perang Meluas
“Motifnya tentu untuk menunjukkan kepada Hamas bahwa keamanan dan nyawa mereka dapat dijangkau oleh Israel.”
“Israel ingin menunjukkan bahwa Hamas bukan organisasi yang kebal dari jangkauan Israel, dengan kemampuan Israel membunuh Haniyeh menunjukkan hal itu. Jadi untuk memberikan peringatan kepada para pemimpin Hamas lainnya,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.