Kompas TV internasional kompas dunia

Serbuan Darat, Israel Perintahkan Seluruh Warga Gaza Keluar, Korban Tewas Palestina Tembus 38.300

Kompas.tv - 11 Juli 2024, 10:03 WIB
serbuan-darat-israel-perintahkan-seluruh-warga-gaza-keluar-korban-tewas-palestina-tembus-38-300
Seorang ayah warga Palestina memeluk jenazah anaknya yang tewas oleh pemboman Israel di Jalur Gaza, di kamar mayat rumah sakit di Deir al-Balah, Selasa, 9 Juli 2024. Militer Israel hari Rabu, 10/7/2024, memerintahkan seluruh warga Palestina untuk meninggalkan Kota Gaza dan bergerak ke selatan. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

Pemboman semalam terjadi beberapa jam setelah pesawat perang Israel menyerang pintu masuk sekolah yang menampung keluarga-keluarga pengungsi di luar kota Khan Younis di selatan. Korban tewas dari serangan itu meningkat menjadi 31 orang, termasuk delapan anak, dan lebih dari 50 terluka, kata pejabat di Rumah Sakit Nasser di dekatnya pada Rabu.

Rekaman yang ditayangkan oleh televisi Al Jazeera menunjukkan anak-anak bermain sepak bola di halaman sekolah ketika ledakan tiba-tiba mengguncang area tersebut, mendorong teriakan “serangan, serangan!”

Tentara Israel mengatakan serangan udara di dekat sekolah dan laporan korban sipil sedang ditinjau. Mereka mengklaim menargetkan Hamas yang ikut dalam serangan 7 Oktober di Israel yang memicu perang, meskipun tidak memberikan bukti langsung.

Militer menyalahkan kematian warga sipil pada Hamas karena mereka bertempur di daerah perkotaan yang padat. Namun tentara jarang memberikan komentar tentang apa yang mereka targetkan dalam serangan individu, yang sering kali menewaskan wanita dan anak-anak.

Dalam sembilan bulan pemboman dan serangan di Gaza, Israel telah membunuh lebih dari 38.200 orang dan melukai lebih dari 88.000, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut, yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil dalam hitungannya. Hampir seluruh penduduk telah terusir dari rumah mereka. Banyak yang telah mengungsi berkali-kali.

Selama serangan 7 Oktober, Hamas diklaim membunuh 1.200 orang di selatan Israel, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut pihak berwenang Israel. Hamas juga diklaim menyandera sekitar 250 orang, dengan sekitar 120 masih dalam tahanan, dan sekitar sepertiga dikatakan tewas.

Serangan darat baru Israel di kota terbesar Gaza telah mendorong eksodus yang disebut PBB sebagai “sangat kacau” di mana orang-orang menyebar ke berbagai arah, tidak tahu ke mana harus pergi. Beberapa melarikan diri ke bagian lain di utara.

Selebaran militer Israel yang baru mendorong perpindahan massal ke selatan ke “zona kemanusiaan,” dengan janji orang-orang yang meninggalkan Kota Gaza di rute yang ditentukan tidak akan dihentikan di pos pemeriksaan Israel. Banyak warga Palestina takut penangkapan atau penghinaan oleh tentara di pos pemeriksaan.

Baca Juga: Israel Sudah 64 Hari Hentikan Arus Bantuan Masuk ke Gaza, Risiko Kematian akibat Kelaparan Meningkat

Seorang ibu Palestina memeluk putranya yang terluka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di sebuah rumah sakit di Khan Younis, Selasa, 9 Juli 2024. Militer Israel hari Rabu, 10/7/2024, memerintahkan seluruh warga Palestina untuk meninggalkan Kota Gaza dan bergerak ke selatan. (Sumber: AP Photo)

Setelah Israel pada Senin menyerukan evakuasi dari bagian timur dan tengah Kota Gaza, staf di dua rumah sakit — Al-Ahli dan Rumah Sakit Asosiasi Teman Pasien — bergegas memindahkan pasien dan menutup rumah sakit, kata PBB.

Rumah sakit di Gaza sering kali dievakuasi secara preemptif saat ada tanda-tanda kemungkinan tindakan militer Israel, karena takut akan serangan.

Dalam sembilan bulan terakhir, pasukan Israel telah menyerang setidaknya delapan rumah sakit, menyebabkan kematian pasien dan pekerja medis serta kerusakan besar pada fasilitas dan peralatan. Israel mengklaim Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer, meskipun hanya memberikan bukti terbatas. Hanya 13 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi, dan itu pun hanya sebagian, menurut kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.


 

Di tengah kekerasan yang terus berlanjut, para mediator internasional melakukan upaya baru untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Israel dan Hamas tampaknya mempersempit perbedaan dalam beberapa hari terakhir, tetapi hambatan masih ada, bahkan setelah Hamas setuju untuk mengalah pada tuntutan utamanya bahwa Israel berkomitmen untuk mengakhiri perang sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.

Hamas masih ingin para mediator menjamin bahwa negosiasi berakhir dengan gencatan senjata permanen. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras tidak akan menandatangani kesepakatan yang memaksa Israel menghentikan kampanyenya di Gaza tanpa menghancurkan Hamas. Hamas hari Senin menuduh Netanyahu “menjegal banyak negosiasi,” termasuk lewat serbuan atas Kota Gaza.

Seorang pejabat Mesir mengatakan kepala Dinas Intelijen Umum Mesir, Abbas Kamel, pergi ke Doha untuk bergabung dalam pembicaraan mengenai kesepakatan tersebut. Pejabat itu mengatakan pejabat AS dan Israel juga hadir. Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena tidak diizinkan untuk memberi keterangan kepada pers tentang pertemuan tersebut.

Sehari sebelumnya, Direktur CIA William Burns, yang memimpin mediasi Amerika, bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi di Kairo.




Sumber : Associated Press / Anadolu




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x