TEL AVIV, KOMPAS.TV - Ketegangan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dikabarkan semakin tinggi.
Netanyahu dilaporkan ribut dengan Gallant jelang perundingan di Doha, Qatar.
Bahkan Netanyahu sampai mengatakan kepada Gallant, bahwa ia bukanlah PM Israel, sehingga Keputusan bukan di tangannya.
Baca Juga: Janji Keir Starmer Usai Jadi Perdana Menteri Inggris, Singgung Kegagalan Partai Konservatif
Sebelumnya, Netanyahu telah mengirim Direktur Mossad David Barnea untuk ikut serta dalam negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera di Doha.
Barnea telah terbang ke Doha dan kembali ke Israel pada Jumat (5/7/2024), untuk membicarakan kesepakatan dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed Abdulrahman Al Thani.
Setelah Barnea kembali, kantor Netanyahu merilis pernyataan yang mengatakan tetap adanya kesenjangan antara semua pihak.
Mereka juga mengungkapkan delegasi Israel akan mengikuti perkembangan negosiasi pada beberapa pekan mendatang.
Berdasarkan Channel 12 dikutip dari The Times of Israel, Gallant telah merencanakan pertemuan dengan Barnea dan Direktur Shin Bet Ronen Bar pada beberapa hari ini.
Pertemuan itu diyakini untuk membahas situasi negosiasi dengan Hamas, yang akan ditengahi Amerika Serikat (AS), Mesir dan Qatar,
Namun, Netanyahu rupanya merasa dipinggarkan, ia pun menegaskan kepada Gallant bahwa dirinyalah yang seharusnya memimpin pertemuan.
Netanyahu mengeluhkan bahwa Gallant malah datang kepadanya ketika semua sudah ditentukan.
Gallant pun bereaksi marah dengan langkah Netanyahu, mengatakan bahwa sangat sulit untuk lingkungan keamanan menyiapkan pembicaraan.
Sumber dekat Netanyahu mengatakan bahwa Gallant menyadari sulit untuk bisa menerima otoritas.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa Netanyahu telah mengirim pembantunya untuk kebijakan luar negeri Ophir Falk untuk ikut dengan Barnea di Doha.
Menurut pejabat tersebut, Falk dikirim untuk mengawasi Barnea, karena semakin tak percayanya Netanyahu dengan tim negosiasi pembebasan sandera.
Anggota tim pembebasan sandera secara terus menerus berbicara dengan media Israel demi kondisi anonimitas.
Mereka menuduh Netanyahu menghambat pembicaraan demi memastikan ia tetap berkuasa.
Seperti diungkap Channel 12, Netanyahu dan Gallant mempunyai pandangan berbeda mengenai proposal yang diajukan Hamas dalam beberapa hari terakhir.
Gallant yakin Israel harus bergerak maju dalam mencapai kesepakatan, sementara Netanyahu merasa tawaran terakhir Hamas tak bisa diterima Israel.
Ia menegaskan bahwa tekanan militer lebih jauh terhadap Gerakan perlawanan Palestina itu sangat diperlukan.
Baca Juga: WHO Rilis Panduan Perawatan Klinis untuk Penghentian Penggunaan Tembakau pada Orang Dewasa
Hubungan Netanyahu dan Gallant memang terus memanas khususnya terkait perang di Gaza.
Empat anggota parlemen dari partai Netanyahu, Likud, di mana Gallant juga menjadi anggotanya, telah menyurati sang perdana Menteri, meminta agar memecat sejumlah pemimpin lingkungan keamanan Israel.
Itu termasuk Gallant, sang Menteri pertahanan di tengah potensi serangan ke Lebanon.
Sumber : The Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.