DUBAI, KOMPAS.TV - Dewan Wali Negara Iran pada Minggu (9/6/2024) kemarin, menyetujui Ketua Parlemen garis keras dan lima orang lainnya lainnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden negara itu pada 28 Juni nanti.
Keputusan ini diambil setelah kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Ebrahim Raisi dan tujuh orang lainnya.
Dewan tersebut kembali melarang mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad untuk mencalonkan diri. Ahmadinejad merupakan seorang populis yang dikenal karena penindasan setelah pemilihan ulangnya yang diperdebatkan tahun 2009.
Keputusan Dewan ini menandai dimulainya kampanye dua minggu untuk menggantikan Raisi, pewaris garis keras dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dimana Raisi pernah dipertimbangkan sebagai calon pengganti Khamenei yang kini berusia 85 tahun tersebut.
Pemilihan kandidat oleh Dewan Wali Negara, panel ulama dan ahli hukum yang diawasi oleh Khamenei, menunjukkan teokrasi Syiah Iran berharap untuk mempermudah pemilihan kali ini, setelah pemilu terakhir mencatat tingkat partisipasi terendah dan ketegangan yang tetap tinggi terkait program nuklir serta perang Israel-Hamas.
Dewan Wali Negara juga melanjutkan kebijakannya untuk tidak menerima perempuan atau siapa pun yang menyerukan perubahan radikal terhadap pemerintahan negara.
Kampanye ini kemungkinan akan mencakup debat langsung yang disiarkan di penyiar milik negara Iran. Para kandidat juga beriklan di papan reklame dan memberikan pidato untuk mendukung pencalonan mereka.
Sejauh ini, belum ada dari para kandidat yang menawarkan tawaran spesifik, meskipun semuanya menjanjikan situasi ekonomi yang lebih baik untuk negara yang menderita akibat sanksi AS dan negara Barat lainnya atas program nuklirnya, yang kini memperkaya uranium mendekati level senjata.
Baca Juga: Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf Muncul sebagai Bakal Capres Utama
Hal-hal penting negara tetap menjadi keputusan akhir Khamenei, tetapi presiden sebelumnya condong pada keterlibatan atau konfrontasi dengan Barat terkait hal ini.
Kandidat paling menonjol adalah Mohammed Bagher Qalibaf (62), yang juga merupakan mantan Wali Kota Tehran yang dekat dengan Pasukan Penjaga Revolusi. Namun, banyak yang mengingat bahwa Qalibaf, sebagai mantan jenderal pasukan tersebut, terlibat dalam penindasan keras terhadap mahasiswa universitas Iran pada 1999.
Dia juga dilaporkan memerintahkan penggunaan peluru tajam terhadap mahasiswa tahun 2003 saat menjabat sebagai kepala polisi negara.
Qalibaf pernah mencalonkan diri sebagai presiden pada 2005 dan 2013, tetapi gagal. Dia mengundurkan diri dari kampanye presiden 2017 untuk mendukung Raisi dalam pencalonan pertamanya yang gagal.
Adapun Raisi memenangkan pemilihan 2021 dengan partisipasi terendah dalam sejarah pemilihan presiden Iran setelah semua lawan utamanya didiskualifikasi.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.