Kompas TV internasional kompas dunia

Netanyahu Kini di Persimpangan Jalan: Setuju Gencatan Senjata atau Dikucilkan Dunia Internasional

Kompas.tv - 4 Juni 2024, 08:53 WIB
netanyahu-kini-di-persimpangan-jalan-setuju-gencatan-senjata-atau-dikucilkan-dunia-internasional
PM Israel Benjamin Netanyahu pada 6 Mei 2024. Usulan gencatan senjata yang diumumkan Presiden Joe Biden menempatkan PM Israel, Benjamin Netanyahu, di persimpangan jalan, antara menjadi penjahat perang atau terpidana korupsi. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Usulan gencatan senjata yang diumumkan Presiden Joe Biden menempatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di persimpangan jalan. Keputusan yang diambilnya dipandang bisa membentuk warisan kepemimpinannya.

Usulan ini menawarkan penghentian perang Israel melawan Hamas, mengembalikan sandera yang ditahan kelompok Hamas, meredakan ketegangan di perbatasan utara dengan Lebanon, dan mungkin memajukan kesepakatan bersejarah untuk menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi.

Namun, ini juga bisa menghancurkan koalisi pemerintahan Netanyahu, membuatnya terjun menjadi oposisi, dan lebih jauh, bisa mengungkap lagi kasus korupsinya. Di sisi lain, penarikan penuh pasukan Israel yang diusulkan bisa memberi Hamas klaim kemenangan dan membentuk kembali kekuatannya.

Jika Netanyahu menolak usulan ini, Israel bisa semakin terisolasi secara internasional, memperburuk hubungan dengan Amerika Serikat yang ingin mengakhiri perang, dan membuka tuduhan bahwa ia meninggalkan sandera demi menyelamatkan diri.

Dalam pidatonya hari Jumat malam, Biden mengumumkan usulan ini selama sabat Yahudi, ketika kelas politik Israel biasanya diam. Netanyahu mengakui usulan ini tetapi kemudian tampak bertentangan dengan pernyataan Biden.

Netanyahu mengatakan Israel tetap berkomitmen untuk membongkar kekuatan militer dan pemerintahan Hamas, dan pembicaraan tentang gencatan senjata permanen sebelum itu tercapai adalah "tidak mungkin."

Hari Senin, Netanyahu mengatakan penghancuran Hamas adalah "bagian dari usulan" dan mengatakan dalam pertemuan tertutup bahwa Israel berhak kembali berperang jika tujuannya tidak tercapai.

Namun, tidak jelas apa yang dimaksud dengan "penghancuran Hamas" atau apakah itu mungkin dilakukan. Biden mengatakan Israel telah melemahkan Hamas sehingga mereka tidak lagi bisa melakukan serangan seperti pada 7 Oktober. Namun, melanjutkan perang berisiko membuat Israel terjebak di Gaza.

Netanyahu tampaknya menginginkan kemenangan yang lebih besar, kata laporan Associated Press, Senin, 3/6/2024.

Baca Juga: Menhan Israel Tegaskan Ingin Hamas Enyah dari Gaza, Tanda Tolak Proposal Gencatan Senjata Biden?

Tokoh senior koalisi sayap kanan Netanyahu, menteri keuangan Bezalel Smotrich. Usulan gencatan senjata yang diumumkan Presiden Joe Biden menempatkan PM Israel, Benjamin Netanyahu, di persimpangan jalan, antara menjadi penjahat perang atau terpidana korupsi. (Sumber: Times of Israel)

Tujuan Akhir Netanyahu adalah Bertahan

Para pengeritik Netanyahu khawatir dia akan menolak gencatan senjata untuk menyenangkan mitra ultranasionalis dalam pemerintahannya, Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir. Mereka ingin melanjutkan perang, menduduki kembali Gaza, dan membangun kembali permukiman Yahudi di sana.

Mereka berjanji akan meninggalkan pemerintah jika usulan Biden menjadi kenyataan. Lawan politik Netanyahu menawarkan dukungan jika dia mencapai kesepakatan untuk membebaskan sandera tetapi tidak mungkin membantunya tetap berkuasa jangka panjang.

"Pemerintahan Netanyahu sekarang sangat nasionalis dan religius," kata Tal Schneider, komentator politik Israel. "Tujuan akhirnya adalah bertahan."

Pemerintahan Netanyahu dibentuk pada akhir 2022 setelah lima pemilihan berturut-turut. Mereka mendorong kebijakan yang memperkuat pendudukan Israel di Tepi Barat dan memulai reformasi sistem peradilan yang memecah belah negara.

Koalisi ini awalnya memiliki mayoritas tipis 64 kursi di parlemen Israel yang beranggotakan 120 orang - cukup untuk memerintah tetapi rapuh.



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x