“Rishi Sunak telah mengerahkan senjatanya yang tersisa. Elemen kejutan,” kata Direktur Komunikasi Eks PM Inggris Boris Johnson, Guto Harri dikutip dari NBC News.
“Paling tidak, ia menembakkan pistol pembukanya dengan caranya sendiri, dan menunjukkan bahwa ia mempunyai tulang punggung untuk melakukannya secara proaktif,” tambahnya.
Selama 19 bulan masa jabatannya, Sunak telah berjuang untuk mengatasi perpecahan yang terjadi di dalam Partai Konservatif.
Ada pihak yang menginginkannya lebih tegas dalam hal imigrasi dan lebih berani memotong pajak, sementara yang lain mendesaknya pokus pada politik, yaitu wilayah yang secara historis memenangkannya pada pemilu Inggris.
Dikutip dari Associated Press, ketegangan paling menonjol dalam rencana kontroversialnya, adalah untuk mengirim migran yang tiba dengan perahu kecil, melintas selat Inggris ke Rwanda, daripada diizinkan mencari suaka di Inggris.
Elemen sayap kanan di partainya berpendapat bahwa kebijakan tersebut ditakdirkan untuk gagal, dan mendesak Sunak untuk memblokir semua jalur gugatan hukum.
Baca Juga: Majelis Umum PBB Setujui Resolusi Peringatan Tahunan Genosida Srebrenica 1995 walau Ditentang Serbia
Meski memiliki warisan buruk berupa standar hidup yang buruk dan pelayanan publik terbatas, Sunak mengatakan dirinya pemimpin yang mengembalikan ketenangan dan stabilitas perekonomian serta menghidupkan kembali kejayaan Partai Konservatif.
Satu setengah tahun kemudian, inflasi turun ke tingkat mendekati normal, upah meningkat dan suku bunga hipotek mulai turun.
Pemilihan umum harus dilaksanakan sebelum Januari 2025, namun keputusan Sunak untuk mengadakan pemilu lebih awal dipandang secara luas sebagai pertaruhan bahwa ia akan mendapat imbalan karena mampu membawa perekonomian Inggris ke kondisi yang lebih tenang.
Sumber : NBC News/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.