Kompas TV internasional kompas dunia

Baku Tembak Terjadi di Papua Nugini, Tewaskan 26 Anggota Suku dan Banyak Warga Sipil

Kompas.tv - 19 Februari 2024, 17:29 WIB
baku-tembak-terjadi-di-papua-nugini-tewaskan-26-anggota-suku-dan-banyak-warga-sipil
Para petugas keamanan tampak berjaga-jaga usai terjadinya baku tembak antar suku di Papua Nugini. Setidaknya 26 anggota suku yang terlibat dalam konflik, tewas dalam baku tembak antar suku yang berseteru di negara tersebut, demikian diumumkan oleh polisi, Senin (19/2/2024). Selain itu, terdapat sejumlah besar warga sipil yang belum dikonfirmasi jumlahnya juga menjadi korban dalam insiden tersebut. (Sumber: New York Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

MELBOURNE, KOMPAS.TV - Setidaknya 26 anggota suku yang terlibat dalam konflik, tewas dalam baku tembak antar suku yang berseteru di Papua Nugini, demikian diumumkan oleh polisi, Senin (19/2/2024). Selain itu, terdapat sejumlah besar warga sipil yang belum dikonfirmasi jumlahnya juga menjadi korban dalam insiden tersebut.

Adapun kejadian bermula saat sebuah suku bersama sekutu dan tentara bayaran dalam perjalanan menyerang suku tetangga ketika tiba-tiba disergap pada Minggu (18/2) kemarim di Provinsi Enga, di pegunungan terpencil Papua Nugini, seperti diungkapkan oleh George Kakas, Pejabat Sementara Kepolisian Papua Nugini.

Komisaris Polisi David Manning kemudian menjelaskan bentrokan ini sebagai baku tembak antara suku yang berseteru. Terdapat juga sejumlah warga desa yang belum dikonfirmasi jumlahnya menjadi korban. Manning mengatakan penambahan kekuatan polisi telah dikirim ke lokasi pertempuran.

"Pada saat ini, belum jelas sejauh mana kita telah masuk ke dalam konflik ini," kata Manning kepada Australian Broadcasting Corp.

"Tapi niatnya adalah untuk mengembalikan kendali atau kehadiran yang signifikan di daerah konflik tersebut, dan kemudian bekerja melalui prosedur kami dalam menangani jenis kejadian ini."

Awalnya, Kakas menyatakan 53 anggota suku yang terlibat dalam konflik tewas, namun pasukan keamanan kemudian merevisi jumlah korban tewas menjadi 26.

Jenazah-jenazah dikumpulkan dari medan pertempuran, jalan, dan tepi sungai, lalu dimuat ke truk polisi dan dibawa ke rumah sakit. Kakas mengatakan pihak berwenang masih menghitung "mereka yang ditembak, terluka, dan melarikan diri ke semak-semak."

Adapun Papua Nugini adalah negara yang beragam dengan 10 juta penduduk, sebagian besar petani swadaya dengan 800 bahasa yang berbeda. Keamanan internal menjadi tantangan yang semakin besar bagi pemerintahnya karena China, Amerika Serikat (AS), dan Australia mencari hubungan keamanan yang lebih erat dengan negara ini di wilayah yang strategis di Pasifik Selatan.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pemerintahnya siap membantu Papua Nugini, yang merupakan tetangga terdekat negara tersebut dan penerima bantuan luar negeri Australia terbesar. 

"Berita yang keluar dari Papua Nugini sangat mengganggu," kata Albanese sebelum jumlah korban tewas direvisi.

"Kami tetap siap memberikan dukungan apa pun yang kami bisa dengan cara praktis, tentu saja, untuk membantu teman-teman kami di PNG."

Albanese mengatakan Australia sudah memberikan dukungan yang cukup besar untuk Papua Nugini dan membantu melatih polisi negara tersebut.

Baca Juga: Selama 8 Bulan Pertama 2022, Perang Suku Tewaskan 380 Orang di Sudan, Ratusan Ribu Telantar

Kekerasan suku di Papua Nugini

Kekerasan suku di wilayah Enga meningkat sejak pemilihan umum pada tahun 2022 yang mempertahankan pemerintahan Perdana Menteri James Marape. Pemilihan dan tuduhan kecurangan selalu memicu kekerasan di seluruh negara.

Gubernur Enga, Peter Ipatas, mengatakan ada peringatan bahwa pertempuran suku ini akan meletus.

"Dari perspektif provinsi, kami tahu pertarungan ini akan terjadi dan kami (memberi peringatan) kepada pasukan keamanan minggu lalu untuk memastikan mereka mengambil tindakan yang sesuai agar ini tidak terjadi," kata Ipatas.

Ipatas menggambarkan kekerasan ini sebagai "peristiwa sangat, sangat sedih bagi kami di provinsi ini dan ini adalah hal buruk bagi negara."

Banyak orang telah tewas dalam pertempuran suku di wilayah Enga dalam setahun terakhir. Surat kabar Post-Courier Port Moresby melaporkan bahwa senjata api canggih yang digunakan dalam pertempuran terakhir membuat polisi enggan masuk ke medan pertempuran.

Polisi mengatakan mereka dibantu oleh militer dalam melindungi masyarakat umum dan properti pemerintah.

Pengacara pemerintah Papua Nugini, Oliver Nobetau, mengharapkan akan ada lebih banyak nyawa yang akan hilang sebagai balasan atas pembantaian ini. 

"Ada kekhawatiran besar bahwa ini akan terus berlanjut. Pembunuhan balas dendam cenderung menjadi hal yang normal terjadi," kata Nobetau, yang sedang menjalani tugas sementara di lembaga pemikiran kebijakan internasional berbasis di Sydney, Lowy Institute.

"Kekerasan suku adalah sesuatu yang umum terjadi, tetapi tidak pernah sebesar ini," tambah Nobetau, mengacu pada jumlah korban tewas yang lebih tinggi, meskipun ia kemudian mengatakan bahwa komentarnya masih berlaku untuk jumlah korban tewas yang direvisi menjadi 26.

Nobetau mengatakan polisi memiliki sumber daya terbatas untuk mengatasi kekerasan sebesar ini.

"Kekerasan suku adalah sesuatu yang umum terjadi, dan pemerintah dengan sumber daya yang terbatas akan mencoba mendeploy polisi di mana pun mereka bisa untuk mencoba mengatasi masalah keamanan," tandas Nobetau.


 




Sumber : Associated Press / New York Times




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x