Militer menuding terowongan tersebut digunakan untuk merencanakan serangan terhadap militer.
Pemakaman yang dihancurkan, menurut analisis satelit, tampaknya adalah pemakaman Shuhadaa Bani Suheila.
Sejak Israel menyatakan perang terhadap Hamas pada 7 Oktober, mereka berkali-kali menuduh kelompok militan Islam menggunakan situs-situs sipil di Gaza sebagai penutup untuk kepentingan militer.
Mereka menyatakan operasi militer, mulai dari menyerbu rumah sakit hingga menggali pemakaman dan menghancurkan situs suci, diperlukan untuk membongkar pusat komando dan bunker militan.
Pada 7 Oktober, militan Hamas menyerbu Israel selatan, diklaim membunuh 1.200 orang dan menyeret sekitar 250 sandera kembali ke Gaza. Lebih dari 100 sandera ditukar dengan tahanan Palestina selama gencatan senjata seminggu pada November.
Baca Juga: Hamas Tegaskan Serangan ke Gaza Harus Berakhir untuk Pembebasan Warga Israel yang Disandera
Serangan balasan Israel di Gaza telah mengusir sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya. Menurut pengawas PBB, militer Israel telah merusak 161 masjid selama operasinya. Badan itu mengatakan tidak melacak jumlah pemakaman yang rusak.
UNESCO telah menyeru baik Hamas maupun Israel untuk menahan diri dari menyerang situs-situs yang penting secara budaya.
Menurut Statuta Roma, perjanjian tahun 1998 yang mendirikan Mahkamah Pidana Internasional, pemakaman dan masjid mendapatkan perlindungan khusus sebagai "milik sipil."
Penghancuran situs-situs ini dapat dianggap sebagai kejahatan perang, menurut Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat.
Israel berpendapat situs-situs tersebut kehilangan perlindungan saat digunakan untuk tujuan militer, dan ketika keuntungan operasional dari menghantamnya melebihi kerugian bagi warga sipil dan infrastruktur.
Goldfus mengatakan pasukan menemukan jejak aktivitas Hamas lainnya di daerah tersebut, mulai dari AK-47 yang disita hingga peta perbatasan antara Gaza dan Israel yang katanya bisa saja digunakan oleh Hamas untuk serangan pada 7 Oktober.
Dia mengatakan menghancurkan masjid dan menggali pemakaman adalah bagian integral dari menemukan sekitar 60 lubang terowongan di daerah tersebut. Para jurnalis hanya diperlihatkan satu lubang.
Goldfus mengatakan membongkar jaringan terowongan merupakan "teka-teki" bagi pasukan. Dia mengatakan sulit untuk beroperasi di daerah tersebut tanpa merusak situs suci dan bahkan sisa-sisa manusia.
"Kami mencoba untuk menjauhkan mereka sejauh mungkin," katanya ketika ditanya tentang mayat yang digali. "Tapi ingatlah, ketika kita berperang di tempat ini, dan musuh Anda terus-menerus menyusup dan menggunakan kompleks ini untuk bersembunyi, tidak banyak yang bisa Anda lakukan."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.