WASHINGTON, KOMPAS.TV - Meskipun Israel berjanji untuk menghapus kemampuan pertempuran Hamas, lembaga intelijen AS hari Minggu, (21/1/2024) memperkirakan bahwa pasukan Israel hanya berhasil membunuh 20%-30% dari anggota Hamas di Jalur Gaza.
Wall Street Journal, yang mengutip laporan rahasia hari Minggu, (21/1/2024) menyatakan AS meyakini kelompok tersebut masih memiliki cukup amunisi untuk terus melawan pasukan Israel selama beberapa bulan ke depan.
Laporan rahasia itu menyebut Hamas berhasil mengadaptasi taktik, melakukan serangan mendadak terhadap unit militer Israel dan kemudian bersembunyi.
Menurut pejabat AS yang mengonfirmasi rincian laporan intelijen rahasia, Hamas juga berusaha membangun kembali kekuatan polisinya di sebagian wilayah Kota Gaza.
Batas atas jumlah pasukan Hamas yang disebutkan oleh AS sejalan dengan penilaian Israel. Pada tahun 2021, seorang komandan senior militer Israel (IDF) menyatakan bahwa Hamas diperkirakan memiliki sekitar 30.000 pejuang.
Angka tersebut sesuai dengan perkiraan terbaru AS tentang jumlah pejuang Hamas sebelum konflik dimulai, demikian laporan tersebut menyebutkan.
Minggu lalu, IDF mengumumkan lebih dari 9.000 anggota Hamas dan anggota kelompok perlawanan lainnya tewas di Jalur Gaza sejak awal perang, ditambah sekitar 1.000 personel Hamas di dalam Israel pada 7 Oktober, ketika para penembak merajalela di Israel selatan, membunuh lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik lebih dari 240 orang ke Gaza.
Sementara itu, Israel memiliki perkiraan yang lebih tinggi tentang jumlah pejuang Hamas yang tidak lagi mampu angkat senjata, dengan menilai sekitar 16.000 orang terluka, separuh dari mereka tidak dapat melanjutkan pertempuran, demikian Wall Street Journal melaporkan, mengutip pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya.
Baca Juga: KTT Gerakan Non-Blok Kecam Israel, Dukung Solusi Dua Negara dan Tegaskan Perang di Gaza Ilegal
AS memperkirakan jumlah pria Hamas yang terluka antara 10.500 hingga 11.700, banyak di antaranya masih dapat bertempur, kata pejabat AS kepada surat kabar tersebut.
Laporan tersebut mencatat bahwa dalam doktrin militer AS, pasukan konvensional yang mengalami kerugian 25%-30% dari pejuangnya dianggap tidak efektif dalam pertempuran.
Namun, Hamas adalah pasukan ireguler yang bertempur dalam posisi defensif di lingkungan perkotaan padat dengan akses ke ratusan mil terowongan yang dapat digunakan untuk memindahkan pasukan dan melancarkan serangan.
Meskipun tekanan meningkat pada Hamas karena kerugian yang dialaminya, setiap pejuangnya kemungkinan mengambil peran tambahan, ujar Jenderal Joseph Votel yang sudah pensiun, mantan komandan operasi militer AS di Timur Tengah.
Baik Hamas maupun Kantor Direktur Intelijen Nasional AS menolak berkomentar mengenai laporan tersebut, sedangkan IDF hanya menawarkan perkiraan yang sudah dipublikasikan sebelumnya.
Baca Juga: Pulang dari Perang di Gaza, Tentara Israel Malah Bunuh Temannya Sendiri
IDF memperkirakan pertempuran di Gaza kemungkinan akan berlangsung sepanjang tahun 2024, karena Israel berusaha mencabut kemampuan militer dan pemerintahan Hamas. Israel juga bersumpah akan terus bertempur hingga semua tawanan yang tersisa dibebaskan dari tawanan.
Pemerintahan Biden telah mulai menurunkan harapannya dari konflik dengan menganggap penghapusan ancaman keamanan yang berasal dari Hamas sebagai tujuan yang lebih dapat dicapai daripada penghancuran total Hamas.
Sementara itu, Hamas bertujuan hanya untuk bertahan hidup selama perang, menurut pejabat militer Israel saat ini dan masa lalu, dengan salah satu dari mereka mencatat, "Anda tidak perlu menang, Anda hanya perlu tidak kalah."
Sumber : Times of Israel / WSJ
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.