Yang lainnya mendemonstrasikan di luar rumah perdana menteri, bergabung dengan keluarga lebih dari 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas dan militan lainnya.
Mereka khawatir kegiatan militer Israel semakin membahayakan nyawa para sandera.
Baca Juga: AS Garap Kesepakatan Besar, Gencatan Senjata di Gaza Ditukar Normalisasi Israel dan Dunia Arab
Netanyahu juga dihadapkan pada desakan untuk memuaskan anggota koalisinya yang beraliran kanan dengan memperkuat perang melawan Hamas, yang memerintah Gaza, sambil berhadapan dengan panggilan untuk penahanan dari Amerika Serikat, sekutu terdekatnya.
Netanyahu memposting pernyataannya di media sosial sehari setelah percakapannya yang pertama dengan Biden dalam hampir sebulan.
Membahas posisi administrasinya pada Jumat, Biden mengatakan ada beberapa jenis solusi dua negara dan ketika ditanya apakah solusi dua negara tidak mungkin dengan Netanyahu di jabatan, Biden menjawab, "Tidak, itu tidak mungkin".
Setelah pernyataan Netanyahu, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan agar Amerika Serikat lebih jauh.
"Saatnya bagi Amerika Serikat untuk mengakui negara Palestina, bukan hanya berbicara tentang solusi dua negara," kata Nabil Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas yang menurut Tel Aviv menewaskan 1.200 orang.
Setidaknya 24.762 warga Palestina telah dibunuh Israel sejak saat itu, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 62.108 terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan Israel telah membuat 85% penduduk Gaza mengungsi secara internal di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang akut, sementara 60% infrastruktur enklave itu rusak atau hancur, menurut PBB.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.