WASHINGHTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tampaknya memiliki pemikiran yang sama dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang menginginkan gencatan senjata diperpanjang.
Gencatan senjata Hamas-Israel telah memasuki hari terakhir pada hari ini, Senin (27/11/2023).
Gencatan senjata itu pun dimanfaatkan oleh kedua pihak untuk melakukan pertukaran tahanan.
Baca Juga: Gencatan Senjata di Gaza Masuki Hari Terakhir, Gencarnya Negosiasi Perpanjangan Bikin Ketar-Ketir
Biden sendiri menegaskan dirinya berharap gencatan senjata yang berakhir Selasa (28/11/2023) pagi, bisa diperpanjang.
“Itu tujuan saya, itu tujuan kami, agar jeda ini bisa melebihi esok hari sehingga kami bisa membuat lebih banyak sandera dibebaskan, dan meningkatkan lebih banyak bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan di Gaza,” katanya, dikutip dari The Guardian.
Ia juga mengungkapkan ingin agar pertempuran dihentikan sementara agar lebih banyak tahanan yang dibebaskan.
Hamas sendiri telah mensinyalkan keinginannya untuk memperpanjang gencatan senjata.
Sumber dari kelompok perlawanan Palestina itu telah mengatakan kepada mediator bahwa mereka ingin memperpanjang gencatan senjata selama dua atau empat hari.
Israel sendiri mengalami tekanan deras dari keluarga para tahanan, begitu juga sekutunya agar gencatan senjata diperpanjang.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengaku telah berbicara dengan Biden.
Tampaknya, ia telah melunak dan mengatakan dirinya menyambut kemungkinan gencatan senjata lebih lama, jika itu berarti setiap harinya 10 tahanan dibebaskan.
Baca Juga: Tanker Milik Miliarder Israel Dilepas Usai Ditahan Pemberontak di Lepas Pantai Yaman
Pada gencatan senjata yang akan berakhir, 50 orang yang ditahan Hamas akan dibebaskan selama empat hari, ditukar dengan 150 warga Palestina yang ditahan Israel.
Netanyahu sendiri sebelumnya kerap menentang untuk dilakukannya gencatan senjata.
Bukan tak mungkin dengan perkembangan positif ini, perpanjangan gencatan senjata akan dilakukan.
Hamas dilaporkan menangkap sekitar 240 orang saat melakukan serangan ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Sementara dilansir Al Jazeera, kebanyakan warga Palestina yang ditangkap Israel ditahan di bawah hukum militer yang memungkinkan seseorang ditahan tanpa dakwaan dan proses pengadilan.
Sebelum 7 Oktober, sekitar 5.200 warga Palestina sudah ditahan di penjara-penjara Israel.
Sejak saat itu, pasukan Israel menahan sedikitnya 3.000 warga Palestina lainnya di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang berada di bawah pendudukan.
Sedikitnya, 145 orang yang ditahan Israel adalah anak-anak. Israel juga menahan setidaknya 97 perempuan dan sedikitnya 37 wartawan.
Sumber : The Guardian, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.