Kompas TV internasional kompas dunia

Gali Puing dengan Tangan demi Temukan Jenazah Keluarga, Warga Gaza: Pedihnya Sungguh Tak Terperikan

Kompas.tv - 19 November 2023, 02:05 WIB
gali-puing-dengan-tangan-demi-temukan-jenazah-keluarga-warga-gaza-pedihnya-sungguh-tak-terperikan
Puing membentang di Kamp Pengungsi Bureij, bau menyengat menusuk hidung. Setiap hari, ratusan warga sipil Gaza menyibak berton-ton puing dengan sekop, besi, dan tangan telanjang, mencari sesuatu yang lebih berharga daripada apa pun: jenazah anak-anak mereka, orang tua, dan tetangga yang tewas dibunuh serangan Israel. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

DEIR AL-BALAH, KOMPAS.TV - Puing-puing tak berujung membentang dari satu blok ke blok lain yang hancur. Bau yang menyengat menusuk hidung. Setiap hari, ratusan orang warga sipil Gaza menyibak berton-ton puing dengan sekop, besi, dan tangan telanjang mereka, mencari sesuatu yang lebih berharga daripada apa pun bagi mereka.

Mereka mencari jenazah anak-anak mereka, orang tua, dan tetangga yang tewas dibunuh serangan roket Israel. Jenazah-jenazah itu tersembunyi di suatu tempat di tengah lautan reruntuhan yang tak berujung.

Lebih dari lima minggu setelah perang Israel melawan Hamas, beberapa jalan di Gaza seperti kuburan terbuka.

Pejabat di Gaza mengaku sudah tak punya peralatan, tenaga kerja, dan bahan bakar untuk mencari korban yang masih hidup, apalagi korban jiwa, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Sabtu (18/11/2023).

Israel mendeskripsikan serangannya sebagai upaya menargetkan pejuang dan infrastruktur Hamas, kelompok militan di balik serangan mematikan pada 7 Oktober yang merenggut nyawa sekitar 1.200 orang di Israel.

Hamas kerap beroperasi di area permukiman, dan Israel menuduhnya memanfaatkan penduduk sipil sebagai perisai manusia, meskipun alasan penargetan spesifik sering tidak dijelaskan.

Omar al-Darawi dan para tetangganya menghabiskan berminggu-minggu berusaha mencari tahu nasib sepupu-sepupu mereka di reruntuhan dua rumah empat lantai di pusat Gaza. Sebanyak 45 orang tinggal di sana; 32 di antaranya dipastikan tewas. Dalam beberapa hari setelah serangan, 27 jenazah berhasil ditemukan.

Namun, lima anggota keluarga masih belum ditemukan, termasuk Amani, ibu rumah tangga berusia 37 tahun, yang suami dan keempat anaknya juga tewas. Ada juga Aliaa, 28 tahun, yang menjaga orang tua yang sudah renta, dan Amani lainnya, yang meninggal bersama putrinya yang berusia 14 tahun. Suami dan lima putranya selamat.

"Situasinya semakin buruk setiap hari," kata al-Darawi, yang pernah menjadi mahasiswa jurnalisme.

Bau yang menyengat menjadi semakin tidak tertahankan.

Baca Juga: Kekejaman Israel Berlanjut, Serang RS Perawatan Lansia Al Wafa di Gaza dan Bunuh Direkturnya

Puing membentang di Kamp Pengungsi Bureij, bau menyengat menusuk hidung. Setiap hari, ratusan warga sipil Gaza menyibak berton-ton puing dengan sekop, besi, dan tangan telanjang, mencari sesuatu yang lebih berharga daripada apapun, jenazah anak-anak mereka, orang tua, dan tetangga yang tewas dibunuh serangan Israel. (Sumber: AP Photo)

"Kami tidak bisa berhenti," katanya. "Kami hanya ingin menemukan dan memakamkan mereka" sebelum jenazah mereka hilang selamanya di dalam reruntuhan.

Lebih dari 11.400 warga Palestina telah tewas, dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan Palestina. Kantor urusan kemanusiaan PBB memperkirakan sekitar 2.700 orang, termasuk 1.500 anak-anak, masih hilang dan diyakini terkubur di reruntuhan.

Bagi keluarga Gaza yang mayoritas muslim, pencarian menjadi lebih menyakitkan karena Islam menuntut agar jenazah segera dikubur, dalam 24 jam jika memungkinkan, dengan jenazah yang dikafani dan dimakamkan menghadap kota suci Makkah.

Seperti yang disyaratkan, jenazah dimandikan anggota keluarga dengan sabun dan air beraroma, lalu dibungkus kain kafan, disalatkan, dan doa pengampunan dilafalkan saat jenazah dimakamkan.

Namun, pencarian ini semakin sulit di utara Gaza, termasuk Kota Gaza, di mana pasukan darat Israel menembaki pasukan Hamas. Ratusan ribu orang menyelamatkan diri ke selatan, dipaksa mengungsi setelah peringatan evakuasi Israel.

Di selatan, serangan udara dan tembakan Israel terus berlanjut, membuat tak ada tempat yang aman di Gaza.

Departemen Pertahanan Sipil Palestina, kekuatan utama pencarian dan penyelamatan di Gaza, telah kehilangan lebih dari dua puluh pekerja dan lebih dari 100 lainnya cedera sejak perang dimulai, kata juru bicara Mahmoud Bassal. Lebih dari setengah kendaraannya entah kehabisan bahan bakar atau rusak akibat serangan.

Di pusat Gaza, di luar zona pertempuran utara, direktur pertahanan sipil setempat sama sekali tidak punya peralatan berat yang berfungsi, termasuk buldoser dan crane.

"Kami bahkan tidak punya bahan bakar untuk menjaga buldoser satu-satunya yang kami punya agar tetap beroperasi," kata Rami Ali al-Aidei.

Baca Juga: Kisah Warga Palestina Urus Anak Yatim Piatu dan Disabilitas di Gaza: Apa Harus Dibuang di Jalan?

Warga shalat jenazah anak kecil korban yang terbunuh serangan Israel di Khan Younis. Puing membentang, bau menyengat menusuk hidung. Setiap hari, ratusan warga sipil Gaza menyibak berton-ton puing dengan sekop, besi, dan tangan telanjang, mencari sesuatu yang lebih berharga daripada apapun, jenazah anak-anak mereka, orang tua, dan tetangga yang tewas dibunuh serangan Israel. (Sumber: AP Photo)

Setidaknya lima buldoser diperlukan hanya untuk mencari di serangkaian gedung pencakar langit yang runtuh dibom Israel di Deir al-Balah, katanya.

Hal ini berarti bahwa jenazah, dan orang-orang yang putus asa mencarinya, bukanlah fokus utama. "Kami memprioritaskan area di mana kami pikir akan menemukan orang yang selamat," kata Bassal.

Sebagai hasilnya, pencarian jenazah seringkali dilakukan oleh kerabat atau relawan seperti Bilal Abu Sama, mantan jurnalis lepas. Dia mencatat beberapa korban Deir al-Balah: 10 jenazah masih hilang di reruntuhan Masjid al-Salam; 24 jenazah hilang di rumah yang hancur; 10 yang hilang dalam serangan terhadap masjid lainnya.

"Apakah jenazah-jenazah itu akan tetap terkubur di bawah reruntuhan sampai perang berakhir? Oke, kapan perang akan berakhir?" kata Abu Sama, menggambarkan keluarga yang menggali melalui puing tanpa alat. "Jenazah-jenazah itu akan membusuk. Banyak dari mereka sudah membusuk."

Pada hari Selasa, 28 hari setelah serangan udara meratakan rumahnya, Izzel-Din al-Moghari menemukan jenazah sepupunya. Sebanyak 24 orang dari keluarga besarnya tinggal di rumah di kamp pengungsi Bureij. Semua, kecuali tiga orang, tewas. Delapan orang masih belum ditemukan.

Sebuah buldoser datang tiga hari setelah serangan untuk membersihkan jalan, lalu pergi dengan cepat ke bangunan yang runtuh lainnya. Buldoser datang lagi pada hari Selasa dan membantu menemukan jenazah sepupu al-Moghari. Al-Moghari kemudian kembali ke reruntuhan untuk mencari ayahnya dan kerabat lainnya.

"Saya tidak bisa berkata-kata," katanya. "Apa yang kami alami tidak dapat lagi dijelaskan."

Gaza telah menjadi tempat di mana banyak keluarga bahkan tidak diberi kenyamanan upacara pemakaman.

Al-Darawi, pria yang mencari sepupunya, memahami itu. 

"Mereka yang menemukan jenazah adalah mereka yang beruntung," tandasnya lirih.


 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x