WASHINGTON, KOMPAS.TV - Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Kirby, mengeklaim pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak mendukung "pendudukan kembali" Gaza oleh militer Israel setelah perang.
Pernyataan tersebut menanggapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan pihaknya bisa mengambil alih keamanan di Gaza setelah perang, hingga waktu yang tidak ditentukan.
"Pendudukan kembali oleh pasukan Israel di Gaza bukanlah hal yang benar untuk dilakukan," kata Kirby, Selasa (7/11/2023), dikutip Al Jazeera.
Dia pun menyebut Gedung Putih sepakat dengan Israel yang ingin melenyapkan Hamas dari Gaza, wilayah Palestina di mana sekitar 2,3 juta orang terjebak akibat blokade Israel sejak 2007.
Ia menyebut perlu ada "perundingan sehat" mengenai nasib Jalur Gaza setelah perang.
"Apa yang kami jelas setuju dengan Israel adalah seperti apa yang tidak boleh terjadi (di Gaza), dan itu tidak boleh seperti pada 6 Oktober (sebelum serangan Hamas)," kata Kirby.
Baca Juga: Empat Ribu Anak Gaza Tewas oleh Serangan Udara Israel, AS Malah Salahkan Hamas
Juru bicara Hamas, Abdel Latif Al-Qanou, menolak gagasan Washington tersebut. Al-Qanou menyebut masyarakat Gaza berhak dan akan menentukan nasib sendiri.
Israel diketahui menarik militer dari Jalur Gaza secara resmi pada 2005. Namun, Israel masih mengontrol perbatasan, ruang udara, dan perairan Gaza sehingga enklave tersebut masih dianggap daerah yang diduduki dan diblokade Israel.
Sementara di Tokyo, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menegaskan pihaknya tidak mendukung pendudukan kembali Israel di Gaza.
Blinken menyebut masyarakat Palestina tidak boleh diusir paksa dari Gaza setelah perang.
"Amerika Serikat meyakini elemen-elemen kunci (penyelesaian) harus memuat tidak ada pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza, tidak sekarang, tidak setelah perang. Tidak menjadikan Gaza sebagai platform terorisme atau serangan yang lain," kata Blinken.
"Tidak ada pendudukan kembali di Gaza setelah konflik berakhir. Tidak ada upaya memblokade atau mengepung Gaza. Tidak ada pengurangan wilayah Gaza. Kita harus memastikan tidak ada ancaman teroris yang bisa muncul dari Tepi Barat," lanjutnya.
Hal tersebut disampaikan Blinken usai pertemuan G7 di Tokyo. Dalam pertemuan itu, kelompok G7 menyerukan "jeda kemanusiaan" di Gaza.
Sejak 7 Oktober lalu, pengeboman Israel di Jalur Gaza telah membunuh sekitar 10.328 orang, termasuk 4.237 anak-anak.
Jumlah korban kemungkinan bertambah mengingat terus berlangsungnya operasi militer Israel dan masih banyaknya korban yang terjebak di bawah reruntuhan.
Baca Juga: Gempuran Israel Makin Masif, Pasukan Darat Memasuki Gaza Lebih Dalam, Warga Makin Menderita
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.