KHARKIV, KOMPAS.TV – Enam pekerja ekspedisi swasta tewas dan 16 lainnya terluka menyusul serangan sebuah peluru kendali (rudal) menghantam sebuah pusat pendistribusian barang di timur Ukraina pada Sabtu (21/10/2023) malam waktu setempat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan di Telegram bahwa kantor penyortiran barang Nova Poshta di Kharkiv dihantam rudal.
Gubenur wilayah Kharkiv, Oleh Syniehubov mengatakan, seluruh korban merupakan pekerja ekspedisi.
Baca Juga: Biden Sebut Dukungan untuk Israel dan Ukraina Penting bagi Keamanan AS
Polisi menyebut, sebanyak 22 orang tengah berada di dalam kantor ekspedisi swasta itu saat rudal yang diduga berjenis S-300 menghantam Gedung tersebut pada Sabtu (21/10) menjelang pukul 22.30 waktu setempat.
Para petugas bersama dengan kriminolog dan ahli forensik menggelar penyelidikan pada jenazah para korban. Syniehubov menyebut para korban berusia antara 19 hingga 42 tahun, dan beberapa di antaranya mengalami luka terkena pecahan rudal.
Ia menambahkan, perusahaan pengiriman swasta di barat kota pinggiran Kharkiv, Korotych, itu jelas-jelas merupakan wilayah sipil.
“Rusia makin menciptakan terror di antara penduduk dan wilayah Kharkiv yang damai,” ujarnya, dilansir dari BBC, Minggu (22/10/2023).
Baca Juga: Kelabakan Kongres AS Tak Sediakan Dana Bantuan bagi Ukraina, Biden Telepon Sekutu AS Galang Dukungan
Presiden Zelensky menyebut operasi penyelamatan tengah berlangsung.
Rusia sendiri belum memberikan komentar terkait serangan rudal yang dituding telah dilakukannya.
Sebelumnya, Rusia membantah menyasar target sipil dalam invasinya ke Ukraina.
Kharkiv, yang merupakan kota kedua terbesar di Ukraina, berjarak sekitar 30 kilometer dari perbatasan Rusia. Pada pekan awal invasi Rusia dimulai, kota yang terletak di timur-laut Ukraina itu telah mengalami bombardir serangan Rusia.
Sebelumnya pada awal bulan ini, Wali Kota Kharkiv, Ihor Terekhov menyebut sekolah bawah tanah Ukraina pertama akan dibangun di kota itu agar anak-anak dapat melanjutkan pendidikan dengan aman.
Baca Juga: Ukraina Gunakan Strategi Ini untuk Rebut Kembali Krimea dari Rusia, Dipimpin oleh “Sang Musisi”
Sementara di selatan, Ukraina terus melancarkan serangan balasan demi memutus koridor Rusia ke Semenanjung Krimea, yang dicaplok negeri Putin itu sejak 2014 silam. Namun, serangan balasan Ukraina terbukti berjalan lambat dan cenderung stagnan, hanya memberikan kemenangan klaim wilayah yang terbatas.
Sumber : BBC/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.